Ahmad Zaini*
http://sastra-indonesia.com/
Sepi dalam keramaian. Mungkin itulah gambaran batinku saat ini. Di tengah muda-mudi sedang mempersiapkan pesta dalam menyambut pergantian tahun baru, aku menyendiri di sebuah taman bunga di halaman rumah. Taman yang asri dengan semerbak bau wangi bunga yang sedang mekar. Kelopaknya yang elok dengan dikelilingi binatang penghisap madu, kudekati dan kuciumi tanpa mempedulikan ancaman binatang-binatang itu menyengat hidungku. Oh, betapa harum dan indahnya bunga ini.
Sejak siang tadi teman-teman berencana mengajakku begadang semalam suntuk di alun-alun kota. Namun aku menolak. Teman-temanku menyadari dan tidak tersinggung sedikit pun karena aku menolaknya dengan cara yang halus. Dan mereka rata-rata tahu tabiatku. Sebenarnya sejak dulu ketika aku masih duduk di bangku SMP, aku tak pernah sekali pun mengikuti pesta dalam menyambut pergantian tahun baru. Aku lebih suka menyendiri meratapi usiaku yang semakin tahun semakin bertambah tua seiring dengan pergantian tahun baru itu. Kebetulan tanggal 1 Januari adalah hari ulang tahunku. Sebuah momen yang sangat tepat untuk memperbaiki diri dari segala dosa dan salah yang kulakukan pada tahun sebelumnya.
Rusli, teman akrabku, pernah berkata pada saya bahwa aku ini adalah anak yang kuper alias kurang pergaulan. Namun ucapannya itu tak membuatku lantas menjauh darinya. Aku tetap berteman akrab dengannya Aku tetap berpegang teguh pada jati diriku. Sebagai orang yang suka menyendiri di saat muda-mudi larut dalam pesta perayaan menyambut tahun baru.
“Apa gunanya menghambur-hamburkan uang untuk mabuk-mabukkan? Masih banyak kegiatan lain yang positif tanpa membutuhkan biaya,” kataku pada Rusli.
“Apakah ini tidak bermanfaat?” bantah Rusli kemudian.
“Memang ada manfaatnya, tapi lebih banyak sia-sianya daripada manfaat yang kita peroleh”.
“Kalau tidak ada manfaatnya kenapa para pejabat itu, kok, mengundang masyarakat untuk merayakan pergantian tahun baru di alun-alun dengan mengadakan pesta kembang api dan terompet yang tentunya memakan biaya tidak sedikit?”
“Mereka itu hanya sekedar mencari popularitas belaka. Sok merakyat pada mereka yang datang di laun-alun.”
“Ya, sudahlah kalau kamu tidak mau. Saya akan berangkat sendiri. Selamat Tahun Baru, ya!”
“Terima kasih!”
Sepeda motor yang diparkir di halaman rumahku kemudian dipacu dengan suara meraung memecah keheningan malam bercampur gerimis lembut yang membelai wajahnya.
“Oh, zaman edan. Zaman sudah tua,”
Aku menyendiri meratapi pergantian tahun baru ini dengan mengadakan malam renungan di taman bunga tepat di depan rumahku. Segera aku mencari tempat yang sunyi di tengah-tengah taman itu. Sebuah tikar aku gelar kemudian aku bersimpuh untuk melakukan meditasi sambil menunggu pergantian tahun baru.
Udara malam semakin dingin di tengah gerimis yang juga ikut mewarnai pergantian tahun baru ini. Tetesan air hujan membelai rambut hingga wajahku kemudian merembet hingga ke bibirku yang selalu berdoa dan membaca apa saja memohon keselamatan pada Sang Pencipta dalam tahun yang akan datang ini. Pikiranku semakin memuncak ketika aku teringat ayah bundaku yang sudah meninggal lima tahun yang lalu. Aku teringat ketika keluargaku masih utuh. Ayah, ibu, kakak dan adik bergembira ria di taman ini. Aku teringat ayahku yag selalu menasihati diriku agar kelak menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Anak yang bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Juga ibuku yang selalu membela diriku jika ayah emosi ketika pulang kerja dan tidak memembawa hasil apa-apa sedang aku hanya bermain-main saja di taman ini juga. Kakakku walau ia sering mengajakku bermain tak jarang memukuliku hingga aku menangis dan berlari merengek minta perlindungan ibu. Adikku yang lucu yang selalu merengek minta gendong di punggung. Kini mereka telah pergi untuk selama-lamanya.
Sewaktu kakakku akan mengikuti acara wisuda di kampus, ayah, ibu, kakak dan adik berngkat bersama-sama dalam satu kendaraan. Aku kebetulan tidak ikut karena sekolahku ada kegiatan ulangan semester. Sangat disayangkan sebenarnya tidak bisa hadir dan menyaksikan kakak yang diwisuda setelah belajar selama empat tahun di kampus terkenal di ibu kota itu. Namun nahas nasib rombongan keluargaku. Ketika di sebuah tanjakan mesin mobil yang mereka tumpangi mati. Tanpa kendali mobil tersebut mundur dan masuk ke jurang. Mobil tersebut hancur dan keluargaku tewas semua dalam kejadian itu.
“Ayah, ibu, kakak, adik!” tanpa terasa mulutku memanggil-manggil mereka. Dan sesaat kemudian air hujan terasa asin bercampur air mata yang tak kusadari mengalir bersama tetesan gerimis.
Aku baru terjaga dari meditasi ketika bunyi petasan dan kembang api bersahut-sahutan di alun-alun kota diiringi raungan suara sepeda motor dengan knalpot yang sengaja diblong tanpa ada pengedap suara. Suara terompet pun ikut bersahut-sahutan di sepanjang jalan sekitar alun-alun. Muda-mudi berboncengan dengan dandanan beraneka macam. Mereka meniup terompet sekuat nafasnya. Rusli yang berboncengan dengan teman wanitanya mendekati diriku kemudian meniupkan terompet secara bersama-sama kepadaku sembari mengucapkan selamat tahun baru.
“Terima kasih! Terima kasih!”
Kemudian mereka kembali berputar-putar mengitari alun-alun kota dengan mengendarai sepeda. Ada yang berdiri, menggantung di atas jalan beraspal, menyunggingkan pantatnya dan berbagai atraksi lainnya. Mereka berekspresi untuk mencari perhatian dari rekan-rekan yang lain tanpa menghiraukan keselamatan mereka sendiri.
Warna kembang api menghias langit yang terbungkus gelap malam. Kilatannya menembus angkasa sesekali mengeluarkan rentetan bunyi letusan. Kemudian diiringi sorak sorai kegembiraan.
“Selamat Tahun Baru! Selamat Tahun Baru!” ucap mereka pada siapa saja yang mereka jumpai di alun-alun itu. Muda-mudi di sekeliling alun-alun itu berpelukan hangat menyambut pergantian tahun. Bahkan tak jarang dari mereka yang berpesta dengan mengacung-acungkan botol minuman keras dengan berteriak sesuka hatinya.
“Apakah seperti itu cara pemuda dari sebuah bangsa yang beradab dalam merayakan pergantian tahun? Tahukah mereka makna dari pergantian tahun baru itu?” Tanya dalam hatiku.
Sebenarnya merayakan pergantian tahun baru tidak berarti harus berpesta pora, konvoi kendaraan, atau minum-minuman keras. Merayakan pergantian tahun baru dapat dilakukan dengan mengadakan acara renungan malam untuk meneliti perbuatan kita pada setahun yang lalu. Apakah tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya? Atau sama saja. Atau bahkan tahun ini lebih jelek dari tahun sebelumnya. Atau kita bisa dengan mengadakan doa bersama. Memohon kepada Tuhan agar diberi umur panjang sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan amal kebajikan, menambah pahala, mencari ridho Tuhan sebagai bekal kehidupan kekal nanti.
Namun mereka masih muda tentu jiwanya masih labil. Mereka ingin mengekspresikan dirinya bahwa dirinyalah yang paling hebat dibandingkan dengan yang lain. Sehingga melakukan hal-hal yang tidak pantas menurut ukuran budaya kita.
Kerumunan muda-mudi itu tiba-tiba semburat menjauh dari suara rintihan salah seorang pemuda. Ya, ada seorang pemuda yang meringkuk, terkulai lemas bersimbah darah. Perutnya robek dan sebagian ususnya terbuarai keluar. Aku penasaran ingin segera melihat siapa pemuda tersebut? Dengan langkah cepat dan hati-hati karena takut terkena imbas dari kejadian itu, aku mendekati pemuda yang sudah ditinggal lari oleh pemuda yang lain.
“Rusli! Rusli! Kenapa kau? Katakan Rus, siapa yang tega melakukan ini?”tanyaku pada Rusli dengan setengah memaksa.
Rusli hanya bisa memandang tajam ke arahku tanpa bisa berucap apa-apa. Tangannya bergerak menunjuk ke arah pojok alun-alun. Kuikuti saja gerak tangan Rusli sebagi bahasa isyarat pengganti lisannya yang sedang menahan sakit.
“Siapa, Rus yang Kau tunjuk?”
“An…An…Anita!” jawabnya terbata-bata yang tak lama kemudian Rusli meregang nyawa. Ia tewas.
“Rusli……!” teriakku dengan lantang hingga membuat orang yang berkerumun di pojok alun-alun menoleh ke arahku.
Jasad Rusli yang tergolek tak bernyawa perlahan kutaruh di atas rerumputan alun-alun. Kuberanjak dan berjalan ke arah yang ditunjuk oleh Rusli sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kumelihat sekilas dari sela-sela orang yang berkerumun di tempat itu. seorang gadis yang menangis sesenggukan dengan menyilang kedua tangannya menutupi payudara dan kemaluannya.
“Masya Allah! Anita?!”
Langsung aku mendekatinya dan menutupkan pakaiannya yang tercabik-cabik dari tubuhnya. Rupanya Anita telah diperkosa oleh beberapa pemuda yang sudah melarikan diri dari tempat kejadian itu. Menurut pengakuan dari beberapa orang yang melihat kejadian yang memalukan sekaligus memilukan itu ada sekitar lima pemuda yang memperkosanya. Rusli hendak melindungi Anita dari aksi bejat mereka namun Rusli tidak mampu menghadapi kelima pemuda yang dalam keadaan mabuk tersebut sehingga ia terkapar bersimbah darah terkena sabetan senjata tajam dan kepalanya dikepruk dengan botol meniuman keras.
Sesaat kemudian suara ambulance yang dikawal beberapa kendaraan polisi datang kemudian polisi segera mengamankan tempat kejadian dengan melingkarkan garis polisi agar memudahkan proses evakuasi. Mayat Rusli diangkut dengan ambulance ke rumah sakit guna keperluan otopsi. Sementara Anita juga demikian, ia divisum oleh tim dokter rumah sakit untuk meyakinkan pihak berwajib bahwa ia telah menjadi korban pemerkosaan.
Pesta pora tahun baru berubah menjadi tangis duka bagi diriku karena nasib yang dialami temanku. Dan aku bingung harus bagaimana mengatakan semua itu kepada orang tua mereka. Apakah aku harus menceritakan peristiwa yang sebenarnya? Atau harus aku tutupi peristiwa yang menimpa Anita demi masa depannya? Aku kebingungan. Kemudian aku pasrahkan saja semua pada Tuhan Yang Mahatahu segala-galanya.
*) Cerpenis tinggal di Wanar, Pucuk Lamongan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar