Ajip Rosidi
Pikiran Rakyat, 12 Des 2010
WAKTU pagi-pagi tanggal 13 November 2010 saya mendapat sms yang memberitahukan bahwa Amin Sweeny meninggal, kaget benar saya. Karena tak pernah mendengar bahwa Amin sakit. Akan tetapi, maut memang bukan penyakit. Mula-mula tidak percaya sehingga saya menelefon Sdr. Ahmad Rivai di Jakarta yang saya minta agar menghubungi istrinya dan kalau memang berita itu benar, menyampaikan rasa dukacita saya kepada istrinya di rumahnya di Jatinegara. Tak lama kemudian, Sdr. Rivai memberitahukan bahwa dia sudah berada di rumah almarhum, tetapi jenazah dan istrinya belum datang. Amin Sweeney meninggal di rumahnya di Cibeureum dekat Cipayung. Amin memang pernah memberi tahu saya bahwa dia sedang membuat rumah di Cibeureum.
Tidak sampai dua minggu sebelumnya, Amin berbicara melalui telefon dengan saya. Dari suaranya dia sedang gembira karena katanya sedang menulis kata pengantar untuk buku terjemahan sajak — sajak Taufiq Ismail ke dalam bahasa Inggris yang baru saja diselesaikannya. Dia telah menerjemahkan semua sajak Taufiq — semuanya lebih dari seribu halaman!
Dia diminta oleh satu lembaga di Jatinangor agar berbicara tentang Tesaurus Bahasa Indonesia susunan Eko Endarmoko yang diplagiat oleh Pusat Bahasa menjadi Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Kepada pihak yang mengundangnya, dia menyatakan akan memenuhi permintaan itu asal saya juga diundang dan datang. Saya beri tahukan kepada Amin bahwa saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan orang yang mengundang itu dan karena saya tidak mau mengalami pengalaman buruk lagi, saya tidak mau datang. Amin bilang dia juga sebenarnya enggan datang karena tentang Tesaurus itu dia sudah menulis dalam “Horisononline”, sehingga merasa tidak ada lagi yang hendak dia katakan.
Sejak beberapa lama dia memang mengasuh “Horisononline” yang sayang sekali saya sendiri tidak pernah mengikutinya karena saya gaptek untuk mengikuti internet. Saya terbiasa menghubungi orang, termasuk Amin Sweeny dengan surat, sedangkan Amin sudah lupa menggunakan amplop dan membeli dan menempelkan prangko. Saya tidak mempunyai alamat pos-el sehingga kalau mau menghubungi saya dia selalu menelefon kepada HP istri saya. Pada suatu kali dia menelefon menanyakan ke majalah apa harus mengirimkan tulisan tentang sastra yang cukup panjang. Jawab saya spontan, “Majalah Horison, satu-satunya majalah sastra di Indonesia.”
Beberapa lama kemudian dia menelefon lagi mengatakan bahwa dia akan memimpin “Horisononline” dan ingin memuatkan tulisan saya dalam nomor perdananya. “Bukan tulisan baru juga tidak apa,” katanya. Saya bilang kebetulan ada buku kumpulan karangan saya yang baru terbit dan akan saya kirimkan ke alamatnya, tolong pilih yang mana saja untuk dimuat dalam “Horisononline”.
**
Saya pertama kali mengenal nama Amin Sweeny ketika menemukan judul buku karangannya tentang tradisi lisan yang berjudul “A Full Hearing: Orality and Literacy in the Malay World” terbitan U.C. Press Berkeley (1987) karena saya pernah tertarik terhadap tradisi lisan dan pernah merekam pantun Sunda beberapa tahun sebelumnya. Ketika itu saya tinggal di Jepang dan tidak melakukan perekaman pantun lagi. Meskipun demikian, perhatian terhadap segala sesuatu yang berbau tradisi lisan tetap hidup.
Sayang, saya tak pernah berhasil mendapat buku itu di toko buku baik di Jepang maupun di negara lain yang kebetulan saya kunjungi.
Dengan Amin saya bertemu pada suatu seminar di Kuala Lumpur, kalau tak salah mengenai Kebudayaan Melayu sekitar 1989. Akan tetapi, kami tak sempat berbicara leluasa karena saya bertemu dengan banyak kawan Melayu yang sudah lama tidak bersua. Sejak 1977 saya tidak pernah ke Kuala Lumpur dan kesempatan itu saya gunakan untuk bertemu dengan kawan-kawan yang sudah lama saya kenal.
Baru pada tahun 2002 saya bertemu lagi dengan Amin dalam seminar di Paris yang diselenggarakan oleh EFEO. Namun, hubungan kami menjadi dekat setelah saya kembali dari Jepang dan Amin tinggal di Jakarta. Atau lebih tepat lagi setelah buku autobiografi saya Hidup tanpa Ijazah terbit 2008. Ketika pada suatu kesempatan saya berkunjung ke kantor penerbit KPG, saya bertemu dengan Amin yang sedang mengurus penerbitan bukunya tentang autobiografi Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.Pada waktu itulah Amin berkata kepada saya, “Otobiografi Pak Ajip itu sangat mengecewakan saya.” Tentu saja saya menjadi terkejut mendengarnya.
“Mengapa?” tanya saya.
“Karena saya telah mempelajari banyak autobiografi yang ditulis dalam bahasa Melayu dan lainnya juga dan saya berkesimpulan bahwa orang menulis autobiografi itu selalu hendak menonjol-nonjolkan dirinya atau perbuatannya. Ingin dianggap dirinya hebat. Tetapi, dalam autobiografi Pak Ajip tidak ada bagian yang menonjol-nonjolkan diri sendiri atau hendak mengesankan bahwa Pak Ajip orang hebat. Sehingga pendapat saya menjadi keliru,” jawabnya.
“Maaf kalau saya mengecewakan Pak Amin. Tetapi, tak ada maksud saya sama sekali untuk mengecewakan Pak Amin,” kata saya. “Saya berpendapat bahwa autobiografi itu harus ditulis seperti yang sudah saya tulis. Dalam autobiografi penulisnya harus menggambarkan lingkungan sekelilingnya seperti yang dia lihat dan dia sendiri hanya bagian kecil dari masyarakatnya. Yang penting pembaca autobiografi itu kecuali harus dapat mengikuti perjalanan hidup si penulis, harus juga melihat gambaran masyarakat tempat penulisnya hidup sehingga dapat menangkap sepenggal zaman yang dialami si penulis sebagai bagian dari sejarah.”
Mungkin karena saya mempunyai pendapat tentang autobiografi yang berbeda dengan pendapatnya sendiri, dia menyarankan atau paling tidak menyetujui kehendak penerbit KPG meminta saya agar sayalah yang berbicara pada waktu peluncuran buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang disunting oleh Amin Sweeny. Semuanya terdiri atas tiga jilid tebal-tebal. Itulah buku Amin pertama yang saya baca. Karena tebalnya, yang saya baca hanyalah pengantar Amin yang dimuat dalam setiap jilid. Seperti yang saya kemukakan pada kesempatan peluncuran buku itu (lihat “Amin Sweeny: Detektif Naskah-naskah Melayu”, dimuat dalam buku saya Bahasa Indonesia Bahasa Kita edisi yang diperbarui, 2010), kata pengantar itu mengejutkan saya. Berlainan dengan pengantar yang biasa saya baca dalam buku-buku mengenai naskah yang ditulis baik oleh sarjana asing maupun sarjana Indonesia, pengantar Amin sangat kritis dan dia tidak ragu-ragu menggunakan kata-kata atau kalimat yang tajam. Akan tetapi, dia selalu menyertainya dengan argumentasi dan data yang tak dapat dibantah.
Saya kagum akan kekayaan erudisi dan visinya yang luas. Dia mengkritik para ahli bahasa dan naskah Melayu seperti Winstedt, Wilkinson, Overbeck, Hooykaas, Skinner dan banyak lagi yang selama ini dianggap sebagai dewa dalam pengkajian bahasa dan naskah Melayu, dengan menunjukkan kekeliruan-kekeliruan mereka terutama karena menganggap bahasa dan sastra Melayu dalam naskah-naskah itu sudah menjadi klasik, artinya dianggap sudah mati, padahal dalam masyarakat Melayu kini masih hidup dan digemari. Dalam buku-buku yang mereka tulis untuk para pelajar di Indonesia dan Malaya misalnya, mereka mempergunakan kacamata Barat sehingga orang Melayu dan Indonesia dididik agar melihat tradisinya sendiri melalui kacamata Barat. Celakanya para sarjana Indonesia secara membuta mengikuti sikap dan langkah-langkah mereka.
Pandangan demikian terhadap hasil karya para sarjana Barat, hanya mungkin karena Amin sejak muda hidup dalam masyarakat Melayu. Sebagai jebolan (drop out) dari SMA (high school) pada 1958 Amin sebagai wajib militer dari British Army dikirimkan ke Malaya untuk menumpas gerakan komunis. Di Malaya, Amin memilih bersama tentara Melayu sehingga dia dipindahkan dari Malaka ke Kluang. Di Kluang, Amin yang sudah berpangkat letnan, mengajar tentara Melayu bahasa Inggris. Dia sendiri mempelajari bahasa Melayu dan agama Islam. Tahun 1959 dia kembali ke London dan masuk Islam di masjid London dengan imam dari Pakistan.
Karena minat dan perhatiannya terhadap bahasa dan sastra Melayu kian besar, dia mengikuti kuliah di University of London. Pada 1967 dia tamat dengan gelar BA (first class honors) dalam Malay/Indonesian Studies di The Scool of Oriental and African Studies, dengan bahasa Arab klasik sebagai bidang studi kedua. Pada 1970 dia menyelesaikan disertasi tentang sastra Melayu untuk mencapai Ph.D. Dia pernah menjadi pensyarah dan Profesor Madya di Universiti Kebangsaan Malaysia (1970-1977). Kemudian menjadi penasihat prasiswazah, kemudian penasihat pascasarjana dan menjadi Ketua Department of South and Southeast Asian Studies (1986-1991), dan anggota Jawatankuasa Eksekutif Center for Southeast Asia Studies (1991-1998) di University of California, Berkeley, Amerika Serikat, sampai pensiun dan menjadi Profesor Emiritus pada 1998.
Amin Sweeny sempat menikah beberapa kali. Terakhir dengan Sastri Sunarti binti Yahya Bagindo alam, orang Minangkabau yang bekerja di Pusat Bahasa, Jakarta. Oleh karena itulah, dia pindah ke Indonesia dan ketika meninggal dia sedang memproses kewarganegaraannya untuk menjadi WNI. Selama ini dia menjadi warga negara Malaysia.
Sebagai sarjana, Amin termasuk produktif. Dia sempat menerbitkan belasan monograf dan buku, di antaranya Malay Shadow Puppets (London, 1972), The Ramayana and the Malay Shadow-Play (Kuala Lumpur, 1972), Studies in Malaysian Oral and Musical Tradition (bersama William P. Malm, Ann Arbor, 1974), An International Seminar on the Shadow Plays of Asia (bersama Goto Akira, Tokyo, 1976), Reputations Live On, an early Malay Autobiography (Berkeley, 1980), Authors and Audiences in Traditional Malay Literature (Berkeley, 1980), A Full Hearing Orality and Literacy in the Malay World (Berkeley, 1987), dan Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (tiga jilid, Jakarta, 2005-2008).
Dari judul-judul itu tampak perhatian Amin yang besar terhadap tradisi lisan yang tentu saja tak dapat dipisahkan dari musik dan juga wayang. Sayang bahwa ketika saya menanggap wayang Cirebon di Jatiwangi (2008), Amin berhalangan datang, padahal dia ingin sekali menyaksikannya. Dengan meninggalnya Amin, kita kehilangan sarjana yang penuh dedikasi dan berwawasan luas serta bersikap melihat dari dalam terhadap karya-karya dan naskah-naskah Melayu. Karena dia sendiri lama hidup di tengah-tengah masyarakat
Melayu, dia meninggalkan kewarganegaraan Inggris menjadi warga negara Malaysia dan menjelang akhir hidupnya sedang berusaha menjadi warga negara Indonesia. ***
_______________
Ajip Rosidi, budayawan
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2010/12/prof-dr-muhammed-amin-sweeny-1938-2010.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar