Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/2010/03/frederick-delius-1862-1934/
Fritz Albert Theodor Delius lahir di Bradford, Yorkshire, Inggris 29 Januari 1862, orang tuanya dari Bielefeld, Jerman. Belajar biola dan piano hingga mahir sebelum remaja. Menghadiri Bradford Grammar School (1874-1878), dua tahun di International College London, magang di bisnis ayahnya. Maret 1884, membujuk ayahnya untuk dirinya budidaya jeruk di Florida, Amerika. Di sana memainkan piano menemukan sumber lokal pelajaran teori, sebuah organ Jacksonville bernama Thomas Ward mempengaruhi. Menyerap nyanyian negro pekerja, didokumentasi dalam Florida Suite (1886-1887).
Tinggal satu setengah tahun sebelum ke Danville, Virginia dengan percaya diri mengajar musik. Menuruti anaknya untuk pendidikan musik, mendaftarkannya di Leipzig Conservatorium, di mana Delius belajar (1886-1888). Ke Paris hampir satu dekade, beranjak dari menulis lagu skala kecil instrumental, orkestra potongan opera Irmelin (1890-1892), The Magic Fountain (1894-1895), Koanga (1895-1897). Orkestra lebih besar suara solo, Paa Viderne (1888), Sakuntala (1889) Maud (1891) dan tahun 1889 menyelesaian puisi simfoni Life’s Dance (versi pertama). The eklektisisme dalam karya-karya terbukti inspirasinya dari sastra Inggris, Norwegia, Denmark, Jerman, Perancis, Abad Pertengahan, Indian Amerika Utara dan Negros, Florida lansekap dan mountainscape Skandinavia. Dengan semua karya luar biasanya selesai, Frederick Delius meninggal di Grez-sur-Loing 10 Juni 1934. Istrinya hidup lebih lama satu tahun, keduanya dimakamkan di Limpsfield, Surrey, Inggris. {ringkasan terjemahan dari http://www.delius.org.uk/g_biography.htm}
Orang mengatakan irama musiknya lamban, tapi harmoninya halus memikat. Musik Delius membawa kita ke tempat-tempat yang sepi sunyi, di mana manusia seperti pada Debussy tenggelam ke dalamnya. Selamanya Delius seakan-akan terbalut kabut atmosferis, udaranya dalam alam. Penyair musik hidup bertahun-tahun dalam segala kesepian di Florida, tempat puitis yang dipuja-puja Chateaubriand dan Longfellow. Berhari-hari tak melihat orang; lebih menjadi mendekati suara-suara alam padanya. Walaupun menulis sebuah kwartet gesek, bentuk istimewa demi musik absolut, Delius tak bisa melepaskan dirinya dari pelukisan alam, dan menamakan bagiannya yang lambat dengan Late Swallows. Musik Delius terutama berbicara pada pancaindra kita, mempunyai sesuatu yang mengusap seperti puisi Keats. Orkes padanya bisa menghidupkan warna pula bau-bauan maupun bunyi-bunyi. Tak ada penyair musik lain yang bisa seperti Delius, menyalin dari alat-alat kayu warna-warni hijau serta merah tua panas, yang kita jumpai kembali dalam pemandangan alam Turner dan Constable. Pun bisa menghidupkan suasana seperti Shelley. Delius dalam tahun-tahun terakhirnya menyendiri di sebuah desa kecil di Long (Seine) Prancis. Menjadi buta seperti Bach, namun dalam musiknya melihat pemandangan indah penuh warna pula tiada lain yang mampu menyulap warna-warna dari bunyi musiknya. {J. Van Ackere, buku Musik Abadi, terjemahan J. A. Dungga, Gunung Agung Djakarta, tahun lenyap, judul buku aslinya Eeuwige Muziek, diterbitkan N.V. Standaard-Boekhandel, Antwerpen, Belgie}
***
I
Lambannya irama Delius, merambati kulit-kulit tubuh sampai dasar perasaan.
Kesadaran halus memikat, dengan harmoni dipenuhi warna kembang kekaguman.
Menjelajahi sunyi tanpa terasa, mengajak pancaindra khusyuk dalam jiwa.
Segalanya tampak meruang, namun tiada tersentuh, serupa rahim malam tak bertepian.
Bayang-bayang jelas bermakna, melewati jari-jemari manusiawi paling santun dapat ditelusuri.
Menerbitkan pemahaman, kala larut dalam pelukan hening; kesungguhan tak disertai harapan lain.
Diri yang hendak menjangkau jiwa, memohon seluas cakrawala membukakan cadar semesta.
Atau rongga lautan menjelma persetubuhan musik, suara-suara pribadi terbuka katubnya.
Di puncak gemintang terang sulit terjangkau, namun telah melekat bersama kalbu kembara.
Jiwa larut ke persinggahan damai, kerasan berlama-lama, betah di singasana asmara.
Saat iramanya berangkulan, terhempas niatan jahat, tinggal hanya kerelaan.
Kepasrahan menggayuh rupa, tertanda di bathin sukma menjelajahi suka duka.
Kesunyian merapat, tegaslah percampuran jasad melembur ke alam tak dikenali.
Tapi sungguh, mimpi-mimpi hadir sangat nyata, terbangun pelahan;
darah, daging, tulang, nafas-nafas purba membuncah mensyiarkan dahaga.
Delius dibalut aroma udara paling lembut, yang dilahirkan ruh cahaya sejuk menyinarkan ketentraman.
Merawat nyanyian jiwanya diperoleh nilai-nilai puitik, atas pantulan warna alam beribu jumlah.
Menghisap seluruh dinaya, melayarkan tanya melaju sumringah.
Ricikan suara ombak di bibir berdecak, gairah gelombang terhanyut ke segenap kepemilikan.
Oh penyair musik, yang dikaruniahi kejelasan pandang, cahaya warna mampu dipilah-pilah.
Serpihannya diterbangkan langgam agung. Tiada nafasan sampai, kecuali tenggelam di kedalaman.
Alam menghantarkan puja-puji, mengangkat derajat penciuman melebihi tatapan.
Kerelaan asyik-masyuk dalam gelinjang badani, nikmatnya tergila-gila kepastian.
Betapa sahaja jiwanya, mampu bedakan harum bunga-bunga, dalam hampir setarikan nyawa.
Menjelma jutaan penjelasan, yang hadir kesungguhan dari sesuatu kerahasiaan.
Seperti para penyimak merinding, pada tarian sulit diletakkan.
Senantiasa menggetarkan sekian pandangan. Kepurnaan hayati, maknai hidup takkan selesai.
Meski bersab-sab reingkarnasi pengetahuan, selalu tak mampu dipergamblang, tapi musik Delius menyuguhkan jiwa lapang para pencari.
Para penyimaknya seakan tak rela keluarkan nafasan suara, selama bergumul keintiman.
Lelap pun tak direla disengaja, kecuali memasuki ruapan halus, alam lembut menggoda relung jiwa.
Atau tatkala menenggak irama cemerlang, sudah tak sadar mengolah nafas.
Kesatuan kesadaran, rintikan gerimis meremaja, detik usia mencapai kematangan tiada kesulitan.
Berhari-hari dalam keintiman, tiada rongga nafas mengeluarkan kesia-siaan. Tapak-tapak lembut mendaki pegunungan musik keabadian.
Kepada dirinya, alam maha cantik berduyun-duyun berpakaian sutra berselentang pelangi;
fajar ranum siang larut di rendaman air gunung.
Sore hari purnakan senja dengan sayap-sayap merentang, menuju ufuk dunia di balik kabut masih terpendam.
Jiwa Delius memasuki gelembung air atas nafas telah diperhitungkan, terangkat pelan menyamai purnama, kala surya menyinarkan pemahaman.
Nafasan fitri memendarkan cahaya ke dasar malam, oleh siang membutakan.
Ada lingkaran musik terapung; hampa udara dalam kehampaan hayat.
Sapuan kuas bulu kuda di belahan alam tropis perawan; tiada musik selain keadiluhungan diambil pelahan.
Bulir-bulir embun bersedia mencipta kapan saja, tidak harus menanti kematangan masa-masa.
Pada kulit perasaan penyair musik, segenap waktu menjelma nyanyian.
Bersimpuh alam melimpahi kecerdasan, tidak ternodai dengki maupun pamrih kedirian.
Kalau saja gedung pertunjukan terbakar dilahap api menjalar. Para penyimak takkan sadar, larut dalam keriangan kepasrahan.
Totalitas jiwa musiknya melantunkan tembang memenuhi rasa, seolah jemaat di dapan mimbar tuhan.
Di sini keangkuhan runtuh, serupa ujaran R. Ng. Ronggowarsito;
Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti (keangkaraan akan lebur dengan sikap lemah lembut).
II
Jikalau novel kamus hidup atas pengarangnya, dan teruntuk pembaca menelusuri lekuk leliku penceritaan.
Musik perbendaharaan jiwa, demi menemukan makna perasaan, yang diterbitkan sedih, sunyi pun gembira.
Delius menghadirkan warna mengusap bathin, menggelombang lembut hanyutkan pendengar.
Menemui pancaindra jauh ke dalam, bulir-bulir dijatuhkan irama yang beterbangan.
Melayang-layang mengapung, tiada lelah bertenggelam, meski sudah dihentikan.
Suara kenangan abadi, kesaksian lahirnya penciptaan dari masa-masa kekekalan.
Kesahajaan menuruti lakon hidup yang digayuh, melapangkan kepastian. Merentangi kesadaran, sejauh cakrawala pandangan.
Begitulah Delius membangkitkan alam bunyi, bau-bau kembang memantul ke dasar hati.
Kumandang kemegahan teks yang sanggup melukis, musik mementaskan orkestra atas panggung keindahan.
Peristiwa demi peristiwa dilalui tidak hendak pergi, dorongan bathinnya selalu menjelajah.
Mengarungi kuntum-kuntum puitik, menjamah setiap perasaan, terkabullah harmoni memikat.
Dan tahap tingkatan usia sejenis ondak-ondakan rumput pepadian.
Pada nafasan gunung pencapaian, musik klasik menyembulkan citra lukisan.
Tekstur kayu yang tumbuh serupa pohon memberi nafas-nafas sekitar.
Dedahan patah kering disulanya dalam alunan menghijau.
Ada kematangan mental, tatkala jiwa bersedia menggumuli keteguhan belajar digenapi indra.
Di layarkan imaji menyeruak bathin bermusik, menghantar pada alam yang pernah dijumpai.
Menyusuri kemungkinan terjadi, drama getarkan detak nadi, memuntahkan ganjalan sehari-hari.
Jauh kepada lahan-lahan tak terbilang, wilayah belum tertandakan. Tapi sudah mendapati ruang kalbu keniscayaan.
Terkadang membentuk titian menyeberangi sungai-sungai berarus menderas dan ganjil.
III
Meski Delius bukan sosok pelukis, tapi telah mampu membangun ingatan purba.
Ketika mengalami kebutaan, rekaman warna kian kentara;
kerinduan cahaya memantul dalam, alunannya meresap ke relung insan yang mendamba ketenangan.
Ada yang didapati lebihi sebelumnya, hitam nasib menekan-menyudutkan pendengaran jauh.
Melampaui suara-suara jaman lampau ke pementasan dunia.
Ini tak dapat dicapai dalam kepasrahan mereka, mengangkat warna jiwa dari dengungan nikmat.
Musiknya menggambar panorama kejayaan, ke setiap penglihatan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar