Minggu, 12 Juni 2011

Sutardji Vs Nurel J

Tosa Poetra
http://sastra-indonesia.com/

Jangankan dalam kehidupan dalam dunia karya tulis, segala sesuatu memang syarat dengan kontroversi, setuju dan tidak setuju merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi, pro dan kontra lazim terjadi yang mana apapun pendapat itu hendaknya dihargai agar dapat menjadi tambahan kekayaan ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat menjadi semakin baik, bukannya menjadi bahan perseteruan abadi.

Dalam esai sastra berjudul “Mempertanyakan tanggung jawab kepenyairan Sutardji dan As Syu’ara (para penyair)” yang ditulis Nurel dan dipublikasikan di catatan facebooknya pada 8-9 April 2011, yang esai tersebut telah dibukukan, entah esai tersebut telah dimuat di media massa cetak atau belum, dan itu bukanlah soal bagi saya yang jelas esai tersebut terus melambaikan tangannya yang terkadang dengan genit mencubit saya dengan manja, merayu saya untuk membaca dan mencermati tiap kata yang tertulis di sana. Seolah telah menjadi Romy Ravael, menghipnotis saya agar tidak beranjak dari tempat duduk berjam-jam dan membuat mata selalu tertuju pada esai tersebut yang pada akhirnya mengharuskan otak saya untuk terhanyut dan berfikir, bergelut dalam tiap baris yang kadang tak cukup sekali membaca demi memahami maksudnya, kemudian memaksa jemari saya menuliskan beberapa kata untuk mengulas sedikit dari pengetahuan dan pemahaman seorang pencinta dan pembelajar sastra seperti saya.

Dalam esai tersebut jika kita baca akan dapat diketahui bahwa yang diuraikan penulis merupakan Gugatan kepada Sutardji dan ketidak sepakatan dengannya. Ketika kita berbicara “Sutardji”, siapa yang tidak mengenalnya, sastrawan besar yang mendapat gelar Presiden penyair (entah siapa yang menggelarinya), tidak cuma di Indonesia tapi namanya dikenal di manca negara terutama oleh kalangan penikmat, pembelajar dan penggiat sastra, sebab di bangku sekolah dan perguruan tinggi jurusan bahasa sastra diajarkan, mungkin cuma pelajar atau mahasiswa yang mengantuk di kelas saja yang tidak mengenal namanya. Lain halnya dengan Nurel, siapakah dia? Saya pun cuma mengetahui namanya, alamat dan hal lain tentang dia entah mungkin di simpan dalam dompet di saku celananya atau mungkin tertinggal di tumpukan berkas kantor kependudukan yang butuh berhari-hari untuk menemukannya.

Nama Nurel pertama kudengar dari sahabatku Misbahus Surur mahasiswa S2 di UIN Malang yang juga penggiat sastra yang esai dan puisinya sering termuat di koran, berikutnya nama Nurel kudengar dari rekan sastra di Jombang, Wong Wing King dan kang Sabrank yang selanjutnya beberapa kawanku menyebutnya juga, yang akhirnya akupun penasaran tentang siapa Nurel dan karyanya.

Mungkin baru sedikit orang yang mengenalnya atau dengan kata lain Nurel adalah semut jika dibanding Sutardji, tapi dalam esai tersebut entah setan darimana yang menclok padanya hingga dia nekat dan berani menggugat Sutardji, mungkin ini adalah hal bodoh bagi sebagian kalangan namun hal tersebut dilakukan Nurel dengan landasan dan data yang lengkap juga kuat. Mungkin ini adalah titik awal kebesaran Nurel yang mungkin akan mengungguli Sutardji atau mungkin Sutardji sudah saatnya pensiun dari presiden penyair jika tidak dapat membantah gugatan Nurel ini.

Dalam esainya tersebut Nurel memuat esai Sutardji “sajak dan pertanggung jawaban penyair” 9 September 2007 yang menyebutkan; ketika Tuhan memimpikan dirinya dikenal dan lepas dari kegelapan rahasianya ia berfirman Kun Fayakun maka jadilah alam semesta, juga mengungkapkan bahwa Sumpah Pemuda sebagai puisi dan mantra, juga terkait As Syu’ara. Dalam esainya Nurel juga memuat puisi Shang Hai (1973) dan Mantra.

Gugatan Nurel di sini terkait kekurang cermatan SCB dalam menyerap As Syu’ara, juga pada Mantra dan ketika SCB mengungkapkan tentang mengembalikan makna kata pada asal kata (mantra) atau pada eksistensi atau kekuatan atau kegunaan kata tersebut, bukan pada pencarian arti dalam kamus.

Nurel juga menggugat ketika SCB mengungkapkan ketika SCB mengungkapkan bahwa penyair adalah seperti halnya Tuhan yang tidak harus bertanggung jawab pada ciptaanya. Gugatan Nurel pada mantra diuraikan dengan mendedahkan devinisi mantra yaitu kata yang memiliki kekuatan magis yang belakangan ditulis sebagai jimat atau rajah, nah di sini Nurel mempertanyakan apakah ada puisi SCB yang memiliki daya seperti hal tersebut.

Puisi memang dapat menjadi mantra namun tentunya yang memiliki daya magis adalah yang ditulis oleh orang linuih, sedang yang ditulis pada awam biasanya memang memiliki kekuatan bukan secara magis namun sebagai daya pendorong semangat misalkan pada Sumpah Pemuda yang disebut oleh SCB sebagai puisi, sebagai mantra memang harus diakui bahwa daya Sumpah Pemuda juga syair Indonesia Raya telah membawa semangat untuk bersatu sehingga merdeka dan melahirkan bahasa kesatuan dan negara kesatuan RI, hal ini seperti halnya ketika seorang orator memetik kata Bung Karno, Bung Tomo ataupun Wiji Tukul untuk mengobarkan semangat masa.

Kembali pada eksistensi puisi mantra sebagai pengobar semangat sayapun sepakat menanyakan mana puisi SCB yang mengobarkan semangat? Atau mungkin SCB menguraikan Puisi sebagai mantra itu terkecuali karyanya atau tak setiap puisi mantra memiliki daya baik daya magis ataupun pengobar semangat?

Namun demikian harus diakui bahwa puisi SCB memang telah menjadi mantra yang menghipnotis para sastrawan di masanya dan banyak di masa sekarang sehingga menjadi pengagumnya dan karyanya.

Berikutnya gugatan Nurel terkait ungkapan SCB “pengembalian makna kata pada eksistensi kata” bukan pada pencarian dalam kamus yang dalam hal ini dulu SCB memang cenderung menulis karya gelap ketika itu, seperti halnya beberapa penulis yang lain semisal Danarto dan dulu Chairil pada masa awal menulis puisinya juga cenderung gelap seperti yang terdapat pada puisinya NISAN, hal yang perlu dipertanyakan mengapa ketika itu SCB menulis puisi gelap dan merasa tidak perlu bertanggung jawab atas karyanya karena itu adalah tugas apresiator dan kritikus namun belakangan SCB menulis puisi yang tidak gelap, entah mengapa, apakah SCB memang ingin berkreasi lain ataukah ketika menulis puisi gelap itu memang SCB masih awal menulis sehingga masih terdapat kekurangan sebagaimana pada Nisan karya Chairil yang sulit dipahami maknanya, ataukah SCB yang belakangan menulis puisi tidak gelap adalah karena SCB tidak ingin ketinggalan jaman ataupun ingin karyanya banyak diketahui umum dan diminati umum. Apapun itu hak preogratif SCB sebab bukankah dalam menulis tidak harus melulu dengan model yang itu saja.

Berkait dengan ungkapan SCB bahwa penyair seperti Tuhan, tidak perlu bertanggung jawab pada karyanya karena itu ranah milik apresiator dan kritikus untuk mengurainya, namun pada belakangan diungkapkan bahwa jika apresiator dan kritikus cuma dapat berkomentar asal saja tanpa menghargai dan memahami makna karya maka penyair wajib berbicara, sungguh dua pengungkapan yang bertolak belakang, meskipun hal tersebut memang tidak harus dipersalahkan, namun jika seorang apresiator atau kritikus hanya berkomentar asal saja dan tidak dapat mengurai makna maka itu namanya bukan apresiator, atau mungkin karya yang dihasilkan terlalu rendah untuk diapresiasi atau mungkin juga karya tersebut terlalu gelap sehingga cuma penyair sendiri yang dapat mengetahui maknanya atau dalam kata lain boleh dibilang puisi gagal yaitu maknanya tak sampai sebab apresiator tentu tidak ngawur dalam mengapresiasi karena tentu telah melakukan berbagai pendekatan untuk menggauli karya tersebut. Dan selain itu memang tak dapat dipungkiri bahwa pembaca memang hanya meraba makna karya dari sisi luar yang masing kepala dapat memiliki interpretasi berbeda sesuai daya apresiasinya masing-masing, sedang makna sesungguhnya menjadi rahasia penyair.

Kiranya sampai di sini sedikit apresiasi saya pada esai gugatan Nurel pada SCB tersebut yang dalam hal ini adalah karena keterbatasan dan kekurang pengetahuan saya juga lemahnya daya serap dan pemahaman saya, yang dalam hal ini bukan dalam arti saya melakukan pembelaan pada SCB ataupun dukungan pada Nurel, hanya saja jika dalam hal tersebut terdapat perseteruan seperti halnya dalam pertandingan semoga saya dapat menjadi penengah atau wasit dari kacamata pembelajar dan penikmat sastra.

Terakhir dengan tidak mengurangi rasa hormat, semoga SCB akan menjawab gugatan Nurel dan pada Nurel saya cuma dapat mengucapkan Selamat dan Mari terus berkarya. Salut atas keberanian dan pengetahuan atas kejeliannya dalam gugatan tersebut. Masih sangat banyak pula kesalahan dan kekurangan dalam catatan yang saya tulis ini yang itu merupakan kebodohan dan kekurangan saya sebagai pembelajar.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/tosa-poetra/sutardji-vs-nurel-j/10150128004322609?ref=notif¬if_t=note_reply

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito