Zawawi Se
http://sastra-indonesia.com/
Yapi Tambayong atau yang lebih kita kenal dengan nama pena Remy Sylado, seorang pemusik, pedrama, dan pelukis, juga seorang sastrawan yang karya-karya novelnya banyak terpajang di etalase-etalase toko buku ternama dan diminati banyak penyuka karya sastra mulai dari Kembang Jepun, Cau Bau Kan, dan yang paling muakhir adalah Diponegoro. Bahkan salah satu novelnya pernah difilmkan oleh seorang sutradara muda Indonesia dengan berbagai prestasi.
Saat ini Remy Sylado memilih menahbiskan diri sebagai Pesyair meskipun dengan berbagai bakat seni yang dia miliki yang dia anggap sebagai nugraha Ilahi. Kenapa demikian? Bagaimana dia mencermati keriuhan puisi saat ini yang semakin banyak diproduksi dan disyiarkan diberbagai média? Bagaimanakah proses kreatifitasnnya dalam mencipta puisi yang menjanjikan perkayaan rohani? Bagaimanakah pandangannya tentang apresiasi puisi dalam berbagai peristiwa budaya yang melibatkan puisi didalamnya?
Berikut ini adalah hasil wawancara saya, Zawawi (ZA) dengan Remy Sylado (RS) dalam sebuah imajinasi pertemuan yang tentunya bilakah dan dimanakah wawancara tersebut berlangsung tak perlu saya sebutkan dan rasanya memang tak begitu penting untuk diketahui.
Zawawi (ZA): Apa kabar Pak? Sehat?
Remy Sylado (RS): Puji syukur saya sehat-sehat saja meskipun Anda lihat sendiri rambut saya telah banyak yang memutih termakan usia ha..ha..
ZA: Begini Pak, yang saya dengar Anda sekarang pun memilih menahbiskan diri sebagai penyair dengan berbagai bakat dan keahlian serta “profesi” yang telah Anda geluti selama ini. Bila dikaitkan dengan kondisi saat ini dimana kemajuan teknologi telah mempermudah sebaran dan akses informasi. Banyak kita jumpai teks-teks puisi diproduksi, baik oleh para penyair ternama maupun penyair pemula atau bahkan meminjam istilah Hasan Aspahani (HAH) para awam puisi, bagaimana menurut Anda?
RS: Hasan Aspahani? Siapa dia? Oh ya, saya ingat, bukankah di Penyair juga, karyanya sering nongol di Kompas, Tempo, dan beberapa koran nasional lainya. Ya, ya, memang jalan menuju puncak puisi, jalan menjadi pesyair berpercaya tidaklah lempeng, banyak yang terpanggil namun sedikit yang terpilih.
ZA: Jadi, maksud Anda dalam dunia kepenyairan juga ada semacam seleksi alam begitu ya. Kalau menurut Anda karya puisi yang baik itu kriterianya apa?
RS: Begini, ketika saya muda dan masih menuntut ilmu di perguruan tinggi teologi di Semarang, saya pernah bertanya kepada Prof. Dr. Bufford L. Nicholas, rektor seminari itu; kenapa film-film yang dibuat oleh bangsanya untuk tiap-tiap adegan penguburan selalu di bacakan ”The Lord is my shepherd”. Lalu beliau menjawab bahwa kandungan puisi itu berkasad menghibur orang yang ditinggal dan sekaligus memberi kepastian adanya harapan kehidupan baru bagi orang-orang yang percaya. Nah dari situ ada yang membingkai dalam pikiran saya sekarang yaitu puisi yang punya nafas panjang, yang dibaca secara tetap oleh khalayak, adalah puisi yang memberikan faedah penghiburan dan pengharapan kini dan hari esok.
ZA: Dengan kata lain karya puisi yang baik adalah karya yang abadi, bernafas panjang, dinikmati khalayak dari masa ke masa, dan memberikan faedah bagi pembacanya begitu ya?
RS: Ya, begitulah saya pikir dan topik itu pulalah yang mendasari atau sekurangnya mewarnai kemauan saya menulis puisi, karena saya yakin itu akan memberi faedah bagi banyak orang. Saya tertarik dengan pernyataan Sitor Situmorang bahwa kepengarangan, berikut tanggungjawab intelektualnya, ada kesejajaran dengan dan dapat dikiaskan sebagai kenabian.
ZA: Sebagaimana telah saya sampaikan diawal bahwa teks-teks puisi banyak diproduksi, berserakan di etalase-etalase toko, di koran-koran, di majalah-majalah, belum lagi yang ada di dunia cyber dan banyak juga disyiarkan di panggung-panggung dengan berbagai nama kegiatan, bagaimana Anda mencermati hal ini?
RS: Tidak diingkar, bahwa keramaian puisi diatas panggung itu baik juga. Tetapi selanjutnya dipertanyakan dapatkah keramaian itu menjamin adanya rasa kebutuhan – bukan lagi apresiasi, sebab apresiasi sering menjadi basa basi – bagi khalayak untuk mau membeli buku puisi, menyimpannya di antara buku-buku di rak koleksinya sebagai pelengkap ciri kehidupan berbudaya? Saya memang memuji usaha pementasan puisi dengan berbagai nama kegiatan baik lomba atau festifal sebagai peristiwa budaya, toh saya juga ingin berkata kurang yakin usaha itu serta merta dapat mendorong apresiasi menjadi kebutuhan pada puisi yang memperkaya rohani.
ZA: Maksud Anda?
RS: Ya, saya lebih yakin memperoleh perkayaan rohani bukan diperoleh dari peristiwa yang disaksikan diatas panggung, diantara sorak sorai orang banyak, tetapi justru lebih efektif diserap dalam sebuah ruang baca, dalam rumah, dalam konsentrasi pupil mata mengamati huruf dan pengertian yang terangkai pada kata-kata. Jadi menurut saya hubungan puisi dengan khalayak saat ini karuan lebih padan sebagai tontonan. Dan tontonan ini sebagaian besar dinimkati oleh usia remaja, dan barangkali belum mapan dengan suatu kerja tertentu.
ZA: Selama ini Anda dikenal sebagai sastrawan dengan karya-karya yang banyak diminati pecinta karya sastra, bahkan salah satu karya Anda diangkat ke dalam sebuah film, disamping sebagai pedrama, pemusik, dan pelukis. Sekarang Anda merambah ke dunia kepenyairan sebagai Penyair, bagaimana Anda memandang hal ini?
RS: Saya menahbiskan diri sebagai ”Pesyair” bukan Penyair. Saya menjadikan sebutan ini menjadi khas bagi diri saya. Maunya, jika orang lain Penyair, maka saya ”Pesyair”.
Ya, saya memilih menjadi Pesyair diluar menerima bakat saya yang lain seperti yang telah Anda sebutkan tadi. Saya meyakini bahwa hal tersebut sebagai bakat seni yang dianugerahkan Ilahi kepada diri saya. Saya sangat bersyukur atas anugerah tersebut.
ZA: Bagaimana maksud Anda dengan Puisi yang memberi perkayaan rohani sebagaimana yang telah Anda sebutkan diawal tadi?
RS: Begini, dengan kemampuan sebagai pesyair yang saya yakini sebagai nugraha Ilahi tadi, maka sudah seharusnya anugerah tersebut dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, maka pesyair harus menyadari kewajibannya untuk secara ikhlas bersyukur kepada penciptanya melalui hasil ciptaan yang memandangNya sebagai sumber kedayacipataan. Bersyukur berarti juga bersaksi akan kebesaranNya, kemahakasihanNya dengan kata-kata yang terencana; kata-kata yang lahir dari dorongan estetik menjadi ekspresi dorongan estetik.
Dengan kata lain, dalam bersaksi melalui kerja seni itu berarti pesyair membagi kata-kata atas perasaan dan penghayatan spiritualnya kepada manusia sesama, memberikan pengalaman-pengalaman spiritual itu sebagai pertimbangan atau pendorong kearah penemuan atau pembentukan suatu sikap spiritualitas, seraya berharap dari kerja itu sang maha pencipta berkenan menerima sebagai ibadahnya. Baru setelah itu maka puisi memperoleh arti maknawi akan pertanggungjawaban insani sebagai wujud perkayaan rohani.
ZA: Bagaimana Anda dalam proses berkreatifitas sehingga tercipta karya yang menjanjikan perkayaan rohani?
RS: Ketika saya menulis puisi, saya memanggil ilham itu, bukan menunggunya. Saya anggap ilham harus menjadi pengamatan yang tersimpan, dan yang sewaktu-waktu dapat dipangggil kembali untuk hadir: dari pelbagai pergumulan yang dipetik atas kehidupan sesungguhnya, atas kerinduan, dambaan, harapan, hari depan, atau dari kenyataan di sekitar kehidupan manusia pada lingkungannya. Berbagai pergumulan dari kenyataan itu lantas dibawa ke suatu tempat dalam kesadaran batin yang saya sebut ”sukma berdaya cipta”. Disitu pergumulan-pergumulan itu masuk menjadi semacam rengrengan, semacam sketsa dalam lukisan, dan diendap mengikuti proses pembentukannya, berlanjut pula seperti tahap membuat komposisi warna ideal dalam imajinasi lukisan, yaitu mengarah pada bentuk visual, sejauh bangunan itu sendiri sesungguhnya merupakan rangkaian kata-kata.
Begitu saya telah merasa mesti memindahkannya ke atas kerta, maka saya panggil ilham ini, atau saya panggil ingatan-ingatan yang telah tersimpan dalam sukma berdaya cipta tersebut, mengalir diatas kertas itu. Tak jarang ia mengalir dengan kejutan-kejutan, maksudnya dalam proses pembentukan itu, sering tercipta secara sekonyong kata-kata baru yang segera menyambung, menyisip, dan melengkapi rengrengan tersebut.
ZA: Bagaimana menurut Anda dalam proses kreatifitas oleh seorang Penyair dengan menggunakan obat-obatan atau sejenisnya untuk memacu keluarnya ilham?
RS: Dalam hubungan ini, saya merasa aneh, kendati tetap mencoba mengerti, bahwa ada penyair di Prancis, dari Charleville, Ardennes, yang harus dipacu untuk mendapat ilham dengan jalan mengisap ganja. Atau juga penyair Inggris dari Godalming, Surrey, yang memakai obat untuk memperoleh tingkat imajinasi yang unik bagi puisinya. Saya terkesan pada kata-kata Subaio Sastrowardoyo yang menyebut ini sebagai ”tanda ketaksabaran”. Saya malah terpikir menyebut itu suatu tindakan skeptisme, agnotisme, vrijdenker, ungodliness, ateisme. Diluar itu, sebaliknya saya bisa menghargai penyair di Bandung yang mesti menaruh dulu bunga dalam vas di jendela, supaya ia memperoleh ilham dengan melihat keindahan itu. Atau seorang penyair dari Yogya yang mesti kungkum dulu semalaman di Parangtritis supaya memperoleh ilham sejati bagi keindahan puisinya. Sebab, barangkali dengan cara itu, mereka mencoba mendekatkan visi pada misteri alam sebagai realitas adanya maha pencipta yang menguasainya, dan boleh jadi itu merupakan jalan ke sikap spiritual.
ZA: Apakah menurut Anda seorang Pesyair dituntut untuk memiliki moralitas-moralitas tertentu atas buah karyanya?
RS: Dengan terang ingin saya nyatakan disini bahwa sikap etik dalam menulis puisi, disandarkan pada kesiapan membuka nurani sebagai peradilan Ilahi. Bukankah pada dasarnya Tuhan adalah muasal masalah keindahan dan kepada-Nya pula perwujudan keindahan itu mesti diarahkan.
ZA: Wah Pak, kayaknya saya sudah menyita banyak waktu Anda. Pertanyaan terakhir saya, siapakah menurut Anda orang yang paling berpengaruh terhadap sastra Indonesia pada akhir abad 20 ini.
RS: Jika saya harus menyebut satu nama orang yang paling berpengaruh pikirannya dalam sastra Indonesia di dekade akhir abad ke 20, saya yakin itu adalah Goenawan Mohammad.
ZA: Baik Pak, terima kasih telah meluangkan waktu untuk memberikan pikiran-pikiran yang mencerahkan bagi penggemar sastra di Indonesia khususnya dunia perpuisian.
RS: baik, sama-sama
Bacaan:
Puisi-Puisi Remy Sylado, Kerygma & Martyria, Remy Sylado, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar