Imamuddin SA
Babak 1
Panggung dalam keadaan kosong. Permainan dilakukan dengan menggunakan silhuet. Ini adalah ilustrasi sebuah mimpi dari seorang penyair. Dalam permainan silhuet tersebut muncul sesosok lelaki yang membawa sekantong besar harta. Ia menyeretnya dari sisi kiri ke kanan. Ia berada dalam kondisi susah payah saat membawanya. Dalam suasana seperti itu diiringi dengan irama musik sendu.
Setelah itu, muncul dua orang pemain dari dua arah yang berlawanan. Mereka mengambil posisi pertemuan tepat di tengah. Keduanya melakukan tarian yang romantis. Saat itu suasana telah diiringi dangan alunan musik yang romantis pula. Adegan itu dilakukan hingga musik berhenti. Saat musik telah berhenti, kedua pemain tadi berpisah keluar silhuet dengan mengambil posisi yang berlawanan pula.
Silhuet masih terus berlangsung. Tidak lama kemudian musik kembali didendangkan. Tetapi irama musik telah berubah. Yang tadinya romantis kini menjadi nada-nada mencekam. Masih dengan pemain yang sama, kedua pemain itu mengambil jarak satu sama lain. Mereka melakukan gerakan memutar. Fokus di tengah-tengah silhuet mereka bertemu. Pemain laki-laki mendekap tubuh pemain perempuan. Dan terlihat pemain lelaki mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya. Pisau itu diangkat tinggi-tinggi seraya hendak ditikamkan kepada pemain perempuan. Pemain perempuan berusaha menghalagi usaha itu dengan memegangi tangan pemain laki-laki yang mengenggam pisau. Ia berusaha sekuat tenaga untuk terhindar dari pembunuhan itu. Pemain perempuan lalu menjatuhkan pemain laki-laki dengan sekuat tenaga. Pemain laku-laki itu akhirnya terjatuh. Pisaunya terhempas dan diambil oleh pemain perempuan. Ia lantas menikamkannya tepat di dada kiri pemain laki-laki. Pemain perempuan tegap berdiri menantang. Dan silhuetpun diakhiri. Seluruh lampu di padamkan.
Suara musik masih terus bergema dengan nada-nada mencekam. Panggung yang tadinya kosong kini diisi dengan sebuah tempat tidur, meja, dan kursi. Di atas meja terdapat beberapa tumpukan kertas, buku, dan pensil. Sementara di atas tempat tidur terdapat seseorang yang tengah tidur. Dalam tidurnya ia terlihat gelisah. Ia bermimpi. Suara musik makin berdentum keras yang menunjukkan kegelisahan yang sangat mencekam. Pemain itu akhirnya terbangun sambil berteriak keras. Bersamaan dengan itu, musik berhenti dengan seketika.
Masih dalam kondisi yang belum setabil, irama nafas ngos-ngosan, dan jantung berdetak keras, orang tersebut bangun dari tempat tidurnya. Tetapi masih ada di atas tempat tidurnya. Ia lantas bergeser perlahan-lahan menepi dari tempat tidurnya dan fokus ke arah penonton. Ia duduk di tepi tempat tidurnya. Kedua tangannya mengusap wajah, mengucek kedua mata, dan dilanjutkan gerakan memegangi kepalanya lantas menengadah. Tangan diturunkan, disandarkan pada kedua paha. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan panggilan dari luar rumah.
May : (Tok... tok... tok... tok) Tuan, Tuan masih belum tidur? Boleh masuk?
Tuan Syam : Ya, masuklah May!
May : (Masuk dan berjalan menuju Tuan Syam. Mengambil duduk di sampingnya.) Ada apa Tuan? Tengah malam begini, Tuan kok berteriak keras sekali? Kelihatannya Tuan sangat gelisah. Apa yang sebenarnya tuan risaukan?
Tuan Syam : Tidak ada apa-apa May. Hanya saja, belakangan ini aku susah tidur. Aku sering bermimpi.
May : Tadi Tuan bermimpi?
Tuan Syam : Benar, aku tadi bermimpi.
May : Memangnya Tuan tadi mimpi apa sampai berteriak histeris seperti itu?
Tuan Syam : (Berdiri dari tempat duduk. Berjalan menuju sisi kiri panggung) Entahlah........ cukup banyak yang aku mimpikan malam ini. Tidak seperti biasanya aku mimpi seperti ini.
May : Mungkin Tuan banyak pikiran!
Tuan Syam : Mungkin juga May. Mungkin ini bawaan dari mimpi-mimpi kemarin yang belum dapat aku tuliskan menjadi sebuah sajak. Beberapa hari ini pikiranku tertekan May. Ada sekian banyak ide yang menumpuk di kepalaku. Tapi aku tak mampu mengguratnya May! (Histeris).
May : Sabarlah Tuan. Mungkin besok, besok lusa, atau seminggu lagi, Tuan akan dapat mengguratnya. O... ya... maaf Tuan, sebenarnya apa yang Tuan mimpikan barusan?
Tuan Syam : (........................................)
May : Baiklah, jika Tuan tak mau mengatakannya. Tapi .......
Tuan Syam : Tidak May. Aku akan menceritakannya padamu.
Tuan Syam : (Kembali berjalan menuju May dan mengambil tempat duduk di sampignya. Memegang pundak May) Dalam mimpiku, aku melihat seorang manusia membawa tumpukan harta yang cukup banyak. Sampai-sampai ia menyeretnya. Ia mencoba menawar-nawarkannya pada sesamanya tapi tak ada yang mau. Semuanya menolak. Entah apa yang terjadi dengan mereka! Justru orang-orang ditawarinya malah balik menawarkan hartanya untuk dia.
May : Tapi mengapa Tuan sampai berteriak-teriak sekeras itu?
Tuan Syam : Kau tenaglah barang sebentar. Ceritaku belum selesai.
Tuan Syam : (Berjalan lirih ke panggung sebelah kanan menghadap penonton) Setelah itu, tiba-tiba mimpiku berubah. Kali ini, aku menyaksikan sepasang anak manusia yang tengah bermesraan. Menari-nari, bercumbu tiada henti. Mereka tak menghiraukan dengan sekelilingnya. Asyik terbuai dalam tariannya. Sementara, dari jarak yang tak sebegitu jauh, aku terus memperhatikan mereka. Gerak kakinya, lambaian tangannya, dan ........
May : Dan apa Tuan?
Tuan Syam : Dan semakin kutajamkan mataku, aku mendapatkan lelaki itu mengeluarkan sebilah pisau. Ia mencoba menikamkan pisaunya ke dada pasangannya. Sementara, perempuan itu menahan dengan sekuat tenaga. Ia terjepit. Entah ada apa dengan perempuan itu. Tiba-tiba saja ia bertenaga. Ia membanting lelaki itu. Dan merebut pisaunya. Lelaki itu pun terjatuh. Kini giliran perempuan itu yang menguasainya. Ia mencoba menikam balik lelaki itu.
May : Dalam mimpi itu, Tuan tidak berusaha menolongnya.
Tuan Syam : Aku ingin melerai pertikaian itu. Tapi tubuhku terasa kaku. Seluruh sendi-sendiku tak sanggup aku gerakkan. Aku semakin panik. Aku memanggil-manggilnya dengan suaraku, tapi suaraku tak kunjung keluar. Suasana semakin bertambah mencekam. Jantungku berdetak kencang. Tak menentu. Dan saat perempuan itu menikamkan pisaunya tepat di jantung lelaki itu, aku kaget dan berteriak histeris sekeras-kerasnya.
May : (Berjalan menuju Tuan Syam) Kira-kira, apa maksud dari semua mimpi-mimpi Tuan?
Tuan Syam : (Memandang May dengan pandangan yang sangat tajam) Kau ingin mengerti May?
May : Ya Tuan. Aku ingin mengerti semuanya.
Tuan Syam : (Berjalan ke tempat tidur dan duduk di sana) Sebentar lagi, hari itu akan tiba May. Orang-orang saling mengharap keselamatan dari Tuhannya. Mereka ingin berderma dengan harta yang selama ini ditumpuknya. Tapi ...... Tidak May, tidak!
May : (Menyerongkan badan ke arah Tuan Syam dan memandangnya penuh penasaran) Apa yang tidak Tuan?
Tuan Syam : Aku tak ingin melanjutkan kata-kataku May.
May : Tolong Tuan, bicaralah padaku. Aku ingin tahu kabar darimu. Dari arti mimpi-mimpimu.
Tuan Syam : Tidak May. Ini sudah cukup. Kita sudahi saja pembicaraan kita malam ini.
May : Sebentar lagi Tuan. Aku masih ingin mendengar penjelasanmu.
Tuan Syam : Jangan kau paksa aku lagi untuk mengatakannya. Dan kau harus ingat May. Bukannya kau dapat berfikir sendiri? Aku sudah menceritakan semua mimpiku padamu. Maka berfikirlah May. Berfikir dengan hatimu. Biar tak ada kekufuran di dadamu.
May : Baiklah Tuan, kalau itu mau Tuan. Aku tak dapat menolaknya. Lagian, malam sudah terlalu larut. Kita sudahi pembicaraan ini. Tidurlah Tuan. Tenangkan jiwamu. Dan aku pamit Tuan.
Tuan Syam : Ya, pulanglah.
May : (Berjalan menuju keluar. Di tengah-tengah perjalanan berhenti sejenak untuk mengucap salam. Lalu kembali melanjutkan perjalanan) Selamat malam Tuan.
Tuan Syam : Malam May!
Setelah May keluar, Tuan Syam masih dalam kegelisahan. Ia mondar-mandir di dalam rumahnya. Sesekali duduk di tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana. Beberapa saat kemudian ia bangkit dari tidurnya. Saat itu diiringi dengan musik dan nyanyian yang bernuansakan pedesaan. Dengan syair sebagai berikut:
malam semakin larut
bentar lagi fajar menjemput
gelisah masih mencekam
cermin hati yang temaram
tentang mimpi, tentang puisi
tentang pagi menjemput senja hari
dunia akan binasa
harta benda tiada berguna
jiwa yang tlah durhaka
esok pasti akan tersiksa
terluntah-luntah tiada berdaya
tak tahu arah entah ke mana
Babak 2
Musik berganti dengan irama lirih atau dengan genderang dengan tempo lambat yang pelan. Tuan Syam lalu menuju meja dan duduk di kursinya. Mengambil beberapa carik kertas dan sebuah pensil. Ia mulai menggurat sebuah puisi. Tapi sayang, kata-kata yang diguratnya, baginya terasa gagal. Ia meremat-remat tulisan itu lalu membuangnya. Hal itu terjadi berulang kali, hingga kertas yang ada di mejanya tinggal sedikit. Saat itu genderang dimainkan dengan tempo yang semakin bertambah cepat dan keras.
Peristiwa tersebut dibarengi dengan kemunculan dua sosok bayangan yang menjadi cermin jiwa Tuan Syam. Bayangan itu selalu menghantui Tuan Syam yang sedang menggurat sajak.
Bayangan 1 : (Masuk lewat panggung sebelah kiri dalam dengan gerakan-gerakan yang atraktif menghampiri Tuan Syam. Melihat tulisan Tuan Syam dari kanan beralih kekiri yang dilakukan beberapa kali) Apalagi yang kau tuliskan Syam. Kau akan menghasilkan kesia-siaan. Kau hanya buang-buang tenaga dan waktumu saja
Bayangan 2 : (Masuk dari kerumunan penonton dengan gerakan-gerakan yang atraktif menghampiri Tuan Syam.) Berhentilah Syam. Kau takkan perlu menemukan kata-kata lagi untuk syairmu. Bahkan mimpi-mimpimu menuntunmu untuk diam. Minumlah sendiri air telagamu. Jangan pernah kau bagi-bagikan lagi kepada orang lain.
Bayangan 1 : (Tegas) Ya, benar! Sudah tak ada lagi yang menghiraukan kata-katamu. Walau itu sebuah kebenaran. Karena kata-katamu, mereka bahkan menganggapmu buta. Padahal justru kaulah yang telah memberikan tongkat bagi kebutaannya. Kata-kata adalah tubuhmu sendiri, Syam.
Bayangan 2 : (Tegas) Kata-katamu terlalu asing dalam nalar mereka. Mereka menganggapnya suatu kemustahilan. Kau hanya membual. Kau hanya tukang khayal. Bahkan orang yang paling dekat denganmu, hanya bermain topeng di hadapanmu. Sejujurnya di luar sana, ia menikammu dari belakang. Ia menudingmu sebagai lelaki gila yang kehilangan akalnya.
Bayangan 1 : Tak ada lagi yang perlu kau lakukan. Diamlah. Dan bermain topenglah seperti apa yang mereka tudingkan padamu. Berpura-puralah buta walau sebenarnya kau telah melihatnya. Berpura-puralah tuli walau sebenarnya kau telah mendengarnya. Dan tunjukkan kegilaanmu walau sebenarnya kau dalam kesadaran penuh.
Tuan Syam : (Semakin panik, gusar, geram, dan jiwanya tak karu-karuan. Suara genderang semain dikencangkan.)
Bayangan 1&2: (Beranjak pergi meninggalkan Tuan Syam. Terus berkata dengan kata-kata yang menajam) Diamlah dan bermainlah dengan kepura-puraan. Buta, tuli, gila, atau persembahan nyawa. Mungkin mereka baru akan percaya. (minimal diucapkan tiga kali secara bersama-sama oleh bayangan 1dan 2).
Tuan Syam : (Berteriak keras. Genderang dan suara-suara itu dengan seketika berhenti) Diam ................! Diamlah kalian. Dan pergilah sejauh mungkin dari hadapanku (Menggedor meja dan menunjuk ke suatu arah tertentu).
Tuan Syam perlahan mulai tenang. Melanjutkan kembali menggurat puisi. Namun selalu gagal kembali. Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menulis, tapi kemudian meninggalkannya di meja. Ia beranjak mencari-cari sesuatu dan menemukan seutas tali. Ia mengikatkan tali itu tepat di bawah pintu dengan bantuan sebuah kursi. Ia bermaksud bunuh diri.
Seteah selesai mengikatkannya, Tuan Syam lalu mengambil secarik kertas yang ada di mejanya. Kertas itu berisi puisi yang belum selesai diguratnya. Ia mengambil posisi tepat di bawah tali gantungan itu sambil bertumpu di sebuah kursi. Ia lalu sejenak membacakan puisinya dengan lantang. Sementara itu, irama sunyi yang lirih mengiringi peristiwa tersebut.
demi musim hujan yang bersemi
segala rasa, jiwa dan kata-kata
lebur dalam nyawa
laksana gerimis menumbuhkan tanah
sajakku, sajak alap-alap
kuukir dalam pesona gelap
tiada mata, tiada telinga
tiada jiwa terjaga:
-tak percaya-
ada daun bertasbih
mengisahkan jejak senja esok hari;
hawa menjadi perkasa oleh pesona sapa
menimbun anak manusia dalam tumpukan harta
ah, tiba-tiba kusaksikan rintih dari dalam bumi
menagih janji dari serpihan lalai:
-mengajaknya kembali-
saat itu, harta terbungkus sia-sia
menjadi nanah,
dan segala kan bertanya:
-hanya tanah menggali tanah-
Tuan Syam tak dapat melanjutkan lagi puisinya. Dengan seketika, ia menjatuhkan diri dari atas kursi. Lehernya tergantung oleh tali. Bersamaan dengan peristiwa gantung diri, musik berakhir dan lampu dipadamkan secepatnya.
SELESAI
*) Pernah dipentaskan dalam Temu Karya Teater Se-Jawa Timur di Unisda Lamongan, 2010.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar