Kamis, 03 Juni 2010

Pengelana

Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/

“Sakit ini tak juga sembuh. Sudah Aku minum obat tapi tak juga lenyap. Haruskah tetap Aku biarkan menyelimuti tubuhku. Padahal Aku harus menyelesaikan sajak-sajakku tentang pembacaan akan diri.”

Sawah masih menyuguhkan musim panen. Para petani bergembira seusai mendapatkan rezeki yang melimpah. Begitupun para buruh tani tak juga ketinggalan merayakan pesta dari upah yang diberikan pemilik sawah. Walau tak ada kembang api, kue tart, dan lilin sudah cukup meriah.

Bulan pun menambah indah. Di halaman rumah tergelar tikar terbuat dari pandan. Saling bercengkrama dengan tawa. Tak ada duka menggantung di mata. Orang-orang tua bercerita bidadari yang sedang menggendong kucing bersemayam di bulan. Sambil menyanyikan lagu indah tentang desa.

“Harusnya Aku mati saja. Padahal, Aku telah membunuh diriku dalam sajak-sajak yang Aku tuang dalam buku-bukuku. Kini telah tersebar di rak-rak toko buku, bufet pencinta rindu, atau mungkin masuk di kolong tempat tidur para penyair yang menyatakan dirinya pujangga dan tak pernah menganggap diriku ada. Aku tak peduli dengan serapa. Aku hanya berharap pada diriku untuk tetap menulis sajak. Sebab Aku menjadi hidup ketika Aku melukis dengan kata dalam kertas-kertas putih. Walau sudah jadi, esok tetap aku pelajari, menyempurnakan bangunan diri di dalamnya.”

Bulan purnama bergeser menengah tepat di atas kepala. Para penduduk desa memejamkan mata. Meletakkan tubuh yang lelah di atas bayang yang terbuat dari bambu. Diiringi musik-musikan yang dimainkan alam melalui pukulan-pukulan angin yang membelainya. Juga hewan-hewan tak ketinggalan melantunkan lagu indah dari organ tubuh yang dimilikinya.

“Ah, kemanakah gundah ini aku kirimkan. Sakit tak membuatku sabar pada jemariku menari. Sedari tadi musik telah berbunyi dari kotak kesadaran fikir dan hatiku. Tuhan, bukannya Engkau pemberi sembuh. Maka sembuhkanlah Aku. Sebab Aku tak ingin ketinggalan ide yang berseliweran membayang di dinding-dinding kamarku.”

Senyap dan sepi desa kini telah datang. Tak ada tanda-tanda hiruk pikuk dari manusia-manusia penghuninya. Mimpi-mimpi pun berdatangan bagi mereka yang menanamkan bunga-bunga pada tidurnya. Ada kengerian, ada ketakutan, ada senyuman, ada yang basah di celana, ada juga igauan tentang keinginan yang tak tersampaikan.

Sedang di kamar rumah yang menghadap ke arah masjid tidak serupah rumah-rumah lainnya. Semua telah mematikan lampunya. Rumah itu masih menyala dengan terang, tetapi hanya di kamar depan. Kebiasaan orang desa bila tidur lampu tak pernah menyala. Bila masih menyala berarti tuan rumah masih membuka mata. Hal tersebut menjadi biasa karena dulu ketika masih menggunakan lampu templek yang berisi minyak tanah. Kalau tidur, harus meniupnya bila tidak akan membuat asap dan tak nyaman buat hidung bila pagi tiba atau saat membuka mata.

Rumah itu milik pengelana. Ia selalu menyebut dirinya pengelana. Sebab ketika masih umur belasan dan dua puluhan Ia suka bepergian ke mana-mana. Sambil membawa buku-buku sebagai bekal untuk dibaca. Selain pengelana Ia juga suka menulis sajak-sajak yang Ia buhul menjadi buku. Tanpa bantuan, buku-bukunya pun jadi. Lalu Ia memasarkannya sendiri. Ke kota-kota yang Ia anggap orang-orangnya suka baca. Kadang cacian kerap menampar mukanya. Tapi, Ia tak peduli. Hanya menulis dan membukukannya. Ia juga tak ramah dengan koran. Hingga namanya tak pernah muncul menjadi perbincangan para sastrawan. Ia tak suka keramaian, yang Ia lakukan hanya menulis menggambar dirinya dalam sajak-sajaknya.

Ia pernah sempat membuat para pembaca terkagum-kagum dengan sajak-sajak baladanya dan Ia juga pernah menuliskan sayap-sayap malaikat dalam sajak-sajaknya yang membuat orang-orang kerap mengundangnya. Tetap saja Ia menganggap dirinya pengelana. Ia tak suka sanjungan atau pujian. Begitulah kalau membaca dirinya. Ia mengujarkan itu pada tamu-tamunya yang kerap kali bertemu ataupun datang kerumahnya.

“Aku, sudah mulai gila sepertinya. Baiklah akan Aku bakar saja buku-buku yang membuatku menjadi kesurupan begini”

Ia mulai merintih, merasakan sakitnya. Menahan sakit tak kuat. Kini semakin berteriak.

“Aku harus menulis. Aku harus menulis. Aku tak mau sakit ini. Tuhan, apa benar kau telah mati. Seperti kitab yang pernah Aku baca. Hingga Kau tak mau menolongku”

Orang-orang yang tinggal serumah dengannya mulai bangun. Mengetuk pintu kamarnya. Tapi tak juga terbuka. Teriakan semakin kencang, hingga desa yang sepi karena waktu memang mengisyaratkan kesepian. Kini mulai ramai. Orang-orang pada saling bertanya.( Ada apa?, kenapa?, dan siapa?) berhamburan dari mulut ke mulut.

Rumah-rumah mulai lagi menyalakan lampu-lampu listriknya. Kedamaian terusik dengan teriakan. Jalan depan masjid ramai bergerombol orang-orang. Dan pintu kamar pun terbuka. Tetapi saat terbuka Ia sudah tidak sadarkan diri, tertidur di atas tumpukan buku-buku dan mesin ketik antiknya.

Salah satu keluarganya membopongnya untuk dipindahkan ke masjid depan rumah. Semua menganggap kesurupan setan desa dari sawah sebab padi-padi sudah di panennya dan tak ada persinggahan bagi demit penunggu sawah. Akhirnya lari memeluk orang yang suka berkhayal. Begitulah cerita yang melegenda di desa.

Orang-orang masih mulai pindah ke masjid. Ada yang melaksanakan sholat, Ada yang membaca kitab suci. Tak ketinggalan para orang pintar di desa itu meracik sesaji untuk diantarkan ke sawah sebagai penolak bala.

Tetapi Ia masih saja belum siuman. Entah tamu dari mana. Seorang tua sambil mengendong kucing putih dan memeluk buku menyibak kerumunan. Seketika orang-orang desa penasaran dan terus memandang dengan mata penuh tanya.

Orang tua yang baru datang tadi mendekat padanya. Ia masih terbaring tak sadar. Orang tua tersebut membuka buku yang dibawanya dan membaca sambil berbisik tepat di telinganya. Ia mulai merintih kesakitan. Sambil mendesah

“Kitab gila…… kitab gila…. musnah”. Ia lemas dan terpejam lagi.

Orang tua tadi meninggalkan kitab dan kucing di sebelahnya. Kucingnya mengeong seperti membangunkan Ia yang lagi tertidur tak sadarkan diri.

Orang tua itu keluar dari masjid melewati orang-orang desa. Hilang di balik tikungan jalan menuju kuburun yang letaknya dekat persawahan.

Orang-orang desa mulai pulang meninggalkan masjid. Ia dan keluarganya masih di masjid. Entah ada apa keluarganya yang menunggunya tertidur semua.

“Kenapa Aku di sini?. Apa yang terjadi?”

Ia memeluk kucing putih. Dan membuka kitab yang dibawah orang tua tadi. Sepertinya Ia mengenali hewan dan kitab itu.

Seorang Muadzin datang untuk mengumandangkan adzan. Dan keluarganya pun bangun serasa tak terjadi apa-apa. Karena terkadang suka tidur di masjid sehabis sholat malam berjama’ah. Hal itu biasa.

Ia pun mengambil wudlu dan duduk di barisan paling depan. Menyeka air mata yang berkali-kali menetes menginsyafi fikiran-fikiran gilanya. Ia menulis lagi dengan mesra bercinta dengan kata yang Ia pungut dari percakapan orang-orang desa. Juga tak lupa mencium buku yang dikasih orang tua tadi. Yakni orang tua yang menghilang di persimpangan jalan menuju kuburan dekat persawaan.

Lamongan, 30 Mei 2010

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito