Rabu, 14 April 2010

MERAYAKAN KE-BODOH-AN PENYAIR-PENYAIR MUDA KONTEMPORER

Catatan untuk ‘PENYAIR (ITU) BODOH

Ahmad Kekal Hamdani
http://www.sastra-indonesia.com/

2 Paragraf Pertama Tentang Penyair dan Kebodohan

Beberapa bulan yang lalu (entah tepatnya kapan), saya mendapatkan sebuah buku antologi puisi “Penyair (itu) Bodoh” karya seorang kawan di Yogyakarta; Dea Anugrah mahasiswa Filsafat UGM, sahabat saya yang mirip Chow Yun-Fat itu. tapi tentu saja dia bukan penjudi, tapi penyair yang bodoh. Dan atas kebodohannya itu, saya nyaris jatuh cinta kepadanya. Secara pribadi (kepenyairan) dia memang bodoh setengah mati, bayangkan saja; tanpa banyak nulis di Koran dia sudah berani menerbitkan buku puisinya itu, yang sama-saja tingkat kebodohannya. yah, karena memang tidak banyak penyair yang mau menuju ‘bodoh’ seperti dirinya. Ini tentu saja karena, kebodohan, kecerobohan dan ketololan hanya dimiliki oleh mereka-mereka yang masih berjiwa muda (dalam hal ini saya sama mudanya) yang nota-bene tak gentar pada yang namanya kalah dan disingkirkan (terlepas kawan saya ini menyadarinya atau tidak). Nah yang Intelek, Masyhur, dan Terkenal itu cuma golongan tua (atau yang menuakan diri) yang hampir-hampir impoten dan kebal rangsang! dan satu lagi yang membuat saya ingin mencium kawan saya ini, dia begitu bangga dengan kebodohannya! busyet, dia memang benar-benar bukan penyair yang sudah tua. Saya mendapati ekspresi yang hidup dan real dari interaksi dengan orang-orang bodoh dan muda seperti dia, sebagaimana juga diri saya.

Saat itu kebetulan saya menjadi Moderator dalam acara bedah bukunya. Banyak kawan-kawan penulis yang hadir dan ikut memeriahkan, termasuk juga Saut Situmorang(kebetulan juga saat itu beliau pembicara) dan Katrin Bandel. Di sinilah saya mendapati orang-orang bodoh dengan berbagai macam kebodohannya, ada yang bodoh amat, ada yang setengah bodoh dan ada juga yang baru belajar menjadi ‘Bodoh’. Setelah diskusi berjalan cukup lama, percakapan semakin mengarah pada kebodohan, mereka ingat luka-luka itu sembari tertawa-tawa, ada juga yang bertanya ’saya sebenarnya bodoh gak sih?’ lugu. Tiba-tiba saya jadi berpikir dengan pintarnya ‘Apa yang sebenarnya terjadi adalah benih kebaruan, meski tak baru-baru amat. Tentang bagaimana mencoba membagun muara lain dari kesusastraan, dan kebaruan ini harus dimulai dengan begitu banyak kebodohan! penyair selalu membangun pengertian tentang dirinya sendiri dari saat ke saat, ini saatnya membangun kebaruan itu dengan jalan menuju ‘Kebodohan’ itu!. Dea, telah mulai melakukannya.

5 Paragraf Tentang Meledakkan ‘Kemewahan naif’ Kepenyairan

Ada yang tidak bisa dipungkiri dari seorang penyair (terutama yang pintar), yakni perihal kemasyhuran. Ini salah satu obat bagi kesakitan-kesakitan, tapi obat ini juga semacam racun yang diperas dari para zombie. dan cawan dari obat-obat ini begitu banyak, ada yang namanya koran (semacam kertas lebar yang berisi sampah-sampah harian), ada majalah (Biasanya memuat sampah itu satu bulan sekali), ada Buku, ada Panggung, ada Mimbar juga dengan segala mimpi kebesarannya. Oleh karena itu, dengan pikiran saya yang masih pintar, saya akan mengajukan pandangan bodoh saya tentang kepenyairan. Yang nantinya akan mengarah kepada kebodohan-kebodohan yang lain, terutama kebodohan Dea Anugrah yang setengah mati itu!

Dalam terminologi kebodohan dalam kepala saya, seharusnya ada tiga wilayah dalam memetakan kesusastraan Indonesia dan dunia pada umumnya. pertama, Dunia yang ‘politis’ (bukan politik tapi saya tekankan sekali lagi, dunia yang politis). Kedua, sastra dan sastrawan itu secara an-sich. Dan yang terakhir adalah masyarakat bersih (yakni masyarakat awam yang perlu disodori sampah-sampah yang dimuat dalam kesusastraan selama berabad-abad). Tiga wilayah ini harus didudukkan secara seimbang dan merata, mari satu persatu kita adili tiga hal ini.

Di sini, dunia yang politis bukanlah dunia politik, bila dalam bahasa Ricoeur adalah “The Political” atau “Yang Politis” bukan “Politics”. Tapi perihal letupan-letupan sosial antara kehendak ingin bertahan dan menguasai, serta kehendak ingin menerima dan terbuka. Kesusastraan berada dan terlibat di dalamnya. Seorang gila penghancur modernisme, yang lebih akrab saya panggil Kanjeng Kyai Nietzche pernah mengatakan bahwa kita dibangun oleh kehendak itu. Kehendak untuk berkuasa , tentu dengan penjabaran dan perumpamaan yang perlu dipikir tidak sebentar. Pandangan ‘dunia politis’ ini perlu dicercap dan dirasai oleh mereka yang hendak Nyastra, sebab menulis sastra sama halnya bertindak politis, yakni menggelembungkan ruang dalam diri ke ruang batin sosial.

Setelah Sastra dan Sastrawan, yakni masyarakat bersih. Yakni masyarakat awam sastra, yang sebenarnya kalau kita mau berpikir bodoh merekalah seharusnya subjek yang terlibat dalam transliterasi antara dunia real dan kesusastraan. Nah, walau tidak terang-terangan mengatakan anti koran sobat Dea Anugrah ini telah mengenyahkan jauh-jauh legitimasi kepenyairan koran itu. Bila ditelisik lebih lanjut (entah ini disadari tidak oleh Dea) ini akan menjadi gerakan kesusastraan baru yang sebenarnya ini sudah menjadi perbincangan cukup lama di komunitas saya berproses, sebuah gerakan, yakni Gerakan Anti Sastra Koran (GASAK). Apa ini berarti saya membenci koran? hahaha tidak, tapi ada sebuah usaha penghancuran berhala, penghancuran panggung, saya akan meminjam bahasa teaterawan Grotowski yakni “Kleptomania Artistik” sebuah kemegahan tanpa tiang penyangga, tanpa visi kebudayaan. Di mana media justru menjadi fokusnya, panggung menjadi sempit dan para aktor tidak menyatu dengan para penontonnya.

Runtuhnya sastra koran, akan mencairkan kebekuan-kebekuan. Dan itu tentu saja tidak hanya perlu dilakukan, tapi disikapi dengan visi yang panjang. Oleh karena itu, mari kita lakukan kebodohan-kebodohan kecil dengan menghancurkan apa yang selama ini kita pijak, yang hal ini sesungguhnya telah banyak dimulai oleh satrawan-sastrawan di lokal-an, yang jauh dari media nasional, dan membuang jauh-jauh mimpi penyair koran, yang tentu saja juga telah dan semoga terus berlanjut oleh kawan saya Dea Anugrah itu. Zaman baru kepenyairan akan segera dimulai!!!

1 Paragraf Penutup

Apalah guna kita menulis puisi bila yang membaca puisi kita hanya orang-orang yang juga menulis puisi. Dekatkan diri kepada masyarakat, bacakan syair-syair teduh dan membangun kepada mereka. Hancurkan politik busuk dengan menyuntikkan puisi ke dalam kekuatan-kekuatan politis. Tidak cukup kita hanya menulis puisi dan membaca buku, tapi bertindak ke ruang sosial lain, hancurkan kebiasaan menggantungkan diri pada komunitas sastra, mari tampil sebagai individu dan muncul ke permukaan sosial yang lebih pahit. Meminjam istilah Mbah Karl Marx, dunia tidak hanya perlu ditafsiri tapi harus dirubah. Bangun masyarakat baru, hancurkan panggung! mari menuju ‘KEBODOHAN PERTAMA’.

kata Dea:

ah benar, memang enak
sekali-kali tak pakai sempak

cobalah lepaskan sempak kalian
marilah
l
e
p
a
s
k
a
n
s
e
m
p
a
k!

Yogyakarta, 2010

Ket: Catatan ini ditulis untuk mengomentari dan menindak lanjuti “Penyair (Itu) Bodoh” karya Dea Anugrah.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito