Kamis, 28 Januari 2010

1927, Tagore dan Pablo Neruda bertemu di Jawa

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/

Puisi bertitel Kepada Tanah Jawa, bukti Rabindranath Tagore (7 Mei 1861 - 7 Agus 1941) pada tahun 1927, di usianya ke 66, selepas jauh mendapatkan Nobel Sastra 1913, dirinya berada di bencah tanah Jawa.

Halaman 357, tepatnya sub judul, Hubungan Kita dengan Rabindranath Tagore. Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya, bagian II A: Kebudayaan (terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1967), berkata, bahwa pada tahun 1927, Sang Pujangga Rabindranath Tagore berkunjung ke perguruan Mataram Jogjakarya.

Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pablo_Neruda. Menyebutkan Neruda di tahun 1927 dalam usianya ke 23, putus asa oleh kemiskinan, menerima jabatan konsul kehormatan di Rangoon, kolonial Burma, tempat yang belum pernah didengarnya.

Lalu bekerja serabutan di Kolombo (Sri Lanka), Batavia serta Singapura. Di tanah Jawa, bertemu dan menikahi istri pertama, seorang Belanda pegawai bank, yang bernama Maryka Antonieta Hagenaar Vogelzang.

Sementara menjalani tugas diplomatik, Neruda banyak membaca puisi, bereksperimen berbagai bentuk puisi. Menulis jilid pertama, dari kumpulan puisinya dua jilid, Residencia en la tierra (Menetap di Negeri), mencakup banyak puisi surealis yang belakangan terkenal. Pablo Neruda lahir di Parral, sebuah kota sekitar 300 km di selatan Santiago, Chili, 12 Juli 1904, meninggal 23 September 1973, dalam umurnya 69 tahun. Yang mendapatkan Nobel di bidang sastra tahun 1971.
***

Sejarah waktu bergerak, bersama kematangan jiwa menyepakati soal mengolah misteri tubuh, merebut ingatan lama, membetot alam purba dari kesilapan ditumpuk padatan kerja.

Lupa mengeja bathin mengejawantah, luasnya kesadaran ladang-ladang kemungkinan patut digali, penuh suntuk berkeringat, terbakarnya lemak terlena.

Alasan logika mudah dibenarkan, dengan serentetan perolehan akal, meski belum tentu, ketika adanya penalaran baru, lebih runtut dari sebelumnya.

Dan persoalan hati kerap tak masuk akal, tapi mudah diterima, pun ditolak dengan kebencian, di sinilah pijakan keliaran menerka, meyakini keraguan.

Atau keraguan sekaligus memberikan gambaran realis, titik-titik seimbang setaburan gemintang, dipetik demi pengetahaun di tempat lain.

Gitanyali mengantarkan Tagore mendapatkan Nobel, serta menyorong nasibnya bertemu Ramona Victoria Epifanía Ocampo (7 April 1890 – 27 Januari 1979) di Argentina.

Detik-detik penuh kelembutan kasih sayang, yang dikenang sepanjang jaman, meski keduanya jauh berselisih usia, Tagore 63 dan Victoria 34 tahun.

Atas dorongan ketidakmungkinan itu, kupertemukan Tagore-Neruda di tlatah Jawa, dalam masa-masa tak terjamah.

Kala itu, Tagore telah jadi pujangga besar dunia dan sudah berkeliling Eropa, namun dirasa belum genap takdirnya, kalau tidak injakkan telapak kaki di tanah Dwipa, yang dianggapnya tanah kedua India.

Di mana kisah besar seperti Ramayana, meresap ke tulang sum-sum bumi Jawa, sementara Pablo Neruda, dihempaskan nasib pahit kemiskinan sampai Batavia.

Menetap beberapa lama sebab menikahi orang belanda, dan kandas berceraian, sebelum menikah lagi dan lagi.

Waktu tidak dapat diatur lewat ketetapan pasti, kadang hanyut searus sungai menderas, pun pelan gemerincing di kaki-kaki batu, pula mandek datangnya el-maut.

Juga rahasia di balik penciptaan karya, seakan tiba-tiba atau keberuntungan, padahal sudah dipersiapkan atas jiwa kematangan.

Usaha keras membathin laksanakan perintah hati menyeberangi kemungkinan lahiriah, lantas melancong melampaui tubuh gagasan sebelumnya.

Ada keserupaan mimpi, lagi seakan terjadi, padahal tengah berjalin, begitulah kelahiran berulang, memasuki pepintu alam, penuh warna hakikat kedalamannya.

Pertemuan Tagore-Neruda tidak dibuktikan lewat kata-kata, namun dengan memenangkan hadiah yang sama, Nobel di bidang sastra, jiwa besar keduanya berjumpa lebih berwibawa.

Ada kesungguhan ampuh, tatkaka kaki-kaki Neruda di atas tanah serupa, kemendadakan jatuh takut sesuatu, secepat kilat kelopak mata terkatup, keterpejaman menyongsong ketakjuban, menghantar ke ruang kalbu saling terpaut rindu.

Atau dataran berbeda sama masanya, keterpisahan tidak suka, seperti di sisi jalan lain saling menuju satu arah, pun berpapasan sekadar kerling tidak mengenal.

Namun ada suara keganjilan, gema yang suatu waktu hadir dengan wujud tidak serupa, tetapi dari simpanan saling merindu sama-sama terluka.

Para insan berjiwa tangguh, memiliki daya tarik mendekat pula menjauh, dinaya terpantul atas niatan menyunggi beban hasrat kesunyian masing-masing, sedang jiwa yang tanggung hanya selintas lenyap.

Neruda sudah kenal sepak terjang Tagore, kebetulan itu kuasa tuhan pertemukan bahagia, Neruda tengah bulan madu di sekitar candi Borobudur, menikmati kesempatan menghirup alam tropis, di ketinggian gunung peradaban.

Setiap pagi-pagi bersama istri menaiki ondak-ondakan candi, sambil membawa catatan kembara, merevisi di samping relief-relief, yang masih sunyi pengunjung.

Ada semangat mengabadikan karya, kala menatap arca bergelimpangan hilang kepalanya, jiwanya terbang membumbung, bagai burung mengitari percandian.

Siang teduh dipayungi mendung, menggiring lamunan jauh, sambil memadukan irama puisinya dengan alam sekitar, yang sejuk permai.

Kadang sang istri bermanja-manjaan, ingin dikedup hangat sayang, ada kilauan cahaya, tatkala pengantin muda berpaut pagut ke dalam kuluman bibir tak habis manis, kian hari menggemuruh.

Merontokkan perasaan malu menjadi akrab bersahabat, sedegupan jantung selaguan alam Dwipa, dan apa yang digurat, kelak bernyanyian syahdu senantiasa dirindu.

Kedua insan hendak turun pulang menuju pondokan, tiba-tiba pandangan Neruda, disentakkan bayangan dikenalnya lewat majalah.

Dirinya merinding bergetar memasuki alam serupa mimpi, ketaksangkaan mengharu bathin sukmanya, menatap berkeyakinan dalam jiwa berselidik.

Benarkah yang duduk Rabindranath Tagore, pelan-lahan didekatinya sosok alim nan rupawan. Neruda perkenalkan diri disertai istrinya, lalu menanyakan kebenaran pertemuannya dengan pujangga Bengali.

Bibir Tagore terkatub bergetar bukan apa, usinya sudah lanjut, disamping habis menaiki tangga percandian, tapak-tapak melelahkan, hingga mengatur nafas sebelum berucap, pelan berkata, membenarkan pertemuan.

Dilihatnya Neruda membawa berkas-berkas kertas, namun tidak ditanya isinya, cepat-cepat jiwa muda Neruda mengulurkan tangan memberikannya, demi diselidik meminta pengertian.

Dengan lembut, Tagore menatap tulisan, membacanya dalam hati, meresapi betul tiap kata. Lalu dipandangnya hamparan percandian, didongakkan kepala ke langit tersenyum. Sedang Neruda sudah dari tadi merinding, seakan di hadapan maha guru spiritual.

Pertemuan singkat itu membekas di benak Neruda, seolah dapati karcis memasuki dunia sastra dengan jiwa besarnya, di ubun-ubunnya seakan mendapati restu pujangga India.

Tanah Jawa jadi saksi sejarah, bertemunya jiwa-jiwa mengemban hikayat hayat, demi mata air kesusastraan dunia, bathin purna sekepal batu mutiara memantulkan percaya diri demikian indah.

Lagu keraguan langgam surut, pula kadang berpasang segelombang laut selatan, suara-suara alam menguak tabir pertemuan dengan keluguan rupawan.

Pesona kejujuran bumi menghantar setiap cerita pada derajat ketinggian sah, seperti bayangan warna surga, meski belum memasuki nikmatnya.

Demikian tafsiranku, yang sejatinya alam menafaskan pertemuan mereka. Diriku sekadar tangkai pepaya, dimainkan anak-anak nasib di sungai kehidupan.

Maka haturkan maaf kepada bunda pertiwi, kalau sampai kini, belum ada anak-anaknya menyembul keluar gelanggang dunia sastra, seperti keduanya.

Semoga kelak tumbuh jiwa-jiwa seluas cakrawala, mengharumkan bangsa, tidak sekadar mewangi di telatah tanah airnya semata.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito