Nurel Javissyarqi*
http://sastra-indonesia.com/
Ini seolah dunia yang diandaikan peramal atau lagu gubahan firasat, namun tidak. Kita memiliki kemampuan tersebut, sebab memperoleh kenangan silam atas perjalanan hayat kesadaran kekinian. Posisi bertahan-menyerang atau penerimaan aktif dari dalam. Realitas masa depan itu, bayangan kemarin kepada kesadaran terkini yang hendak menggapai kemungkinan.
Awal kali bermain catur, tentu memperhatikan yang di depan. Buah catur kita dengan milik lawan dalam dunia permainan. Kesadaran posisi, ukuran jangkauan, gerak langkah atau berhenti mendadak, ialah usaha gerak kekinian menuju masa depan.
Pengetahuan menjelma ilmu saat berulangkali terjadi, menjadi bahan pelajaran pada cita kebenaran melangkah. Dan sebaiknya jebakan dihindari, agar kuda tunggangan tidak terperosok kembali. Situasi di depan itu wajah yang harus diterjemahkan, menjadi pilihan melangkah bertepatan realitas yang gemilang.
Hidup tak lebih permainan berulang, dengan ukuran tidak jauh berbeda, tinggi rendah maupun warna. Datangnya musim atas keadaan pribadi, oleh kesegaran tubuh atau sebaliknya. Bagaimana pengetahuan yang terpegang menjadi memori, bersanggup menggagalkan sandungan, lewat kehati-hatian mawas diri, tak sekadar bersumber pandangan mata.
Cara kerja berfikirnya kawan diperhatikan, dan kebertemuan ialah perwujudan yang terharapkan. Realitas masa depan mudah diterjemahkan, kalau mengambil akar-akar kesadaran tradisi. Ini semesta arus transformasi nilai, jikalau kecondongan perahu bisa terbalik karam.
Ini bukan meramal takdir yang terbeberkan anak manusia menanggapi fenomena yang berkembang, atau menyempit membetot tanggapan. Namun untuk kelanggengan eksistensi dirinya yang berharap masa akan datang.
Keterangan ini bukan pulung jatuh tanpa sebab, tapi ada arus keberaturan yang menentukan tetap menyusuri jalan yang diimpikan. Atas pengalaman tempaan hayat dalam kesadaran manfaat, laku diaktualisasikan lewat pilihan tepat menjadikan realitas.
Dalam permainan sekak (catur), gerak tangan mengambil buah catur dan ditaruh lagi untuk melawan atau bertahan. Saat itu kekuasaan tuhan berbicara. Antara pandangan mata yang menimbang kelangsungan hayat. Sejenis getar-getar penentu berbicara, mendapati respon dari lawan atau alam.
Saat menebang pohon secara serampangan, masa depan terlihat dari beberapa pengalaman silam, erosi berlebih ke lembah-lembah kemanusiaan. Kita para pemain yang sekaligus dipermainkan hasrat diri sendiri, dalam menungguhi hidup di tenggang masa-masa putusan tuhan.
Hikmah terpetik, melihat realitas sekarang akan masa kan datang, dituntut bersungguh menjalankan kereta impian pada jalur yang terharapkan. Atau memungkinkan menjalar dan berlesatannya niatan awal.
Meneliti realitas, kesungguhan kesadaran memproduksi hasil nalar-perasaan, dipersatukan dalam bingkai kefahaman, menanjaki tangga demi kemungkinan berkembang. Dan penambahan diharapkan tak sekadar kuantitas, tetapi kualitas ketabahan jiwa, kematangan-legowo menerima kenyataan esok.
Gerak kesadaran terus bertahap di setiap detik, dan penjumlahan waktu menuntut dikoreksi, seberapa jauh melangkah dari percepatan perubahan di luar diri.
Lantas bagaimana mengambil poin ternilai, guna diwujudkan pada gugusan realitas atas impian. Realitas sekarang menggiring kenyataan mendatang. Semisal buah kelapa jatuh ke tanah, tidak terbang ke awan. Ini pelajaran penting, meski sering kali tergoda imajinasi yang lebih, semacam hasrat tidak tentu arah. Bagaimana hasrat yang tak terarah, memasuki kategori nilai tambah?
Di saat melangkah, dunia sekitarnya juga sama. Kita hidup seperti dalam meja permainan bola sodok, namun bukan benda mati yang tak memiliki inisiatif. Manusia punya banyak perlengkap untuk mendatangkan dirinya menuju impian. Meski begitu, karena semuanya bergerak mengikuti alur sendiri-sendiri. Maka suatu waktu, terjalin perkenalan atau bertabrak sama keinginan.
Dan seolah penunggu aktiflah (konseptor) yang bergerak. Bagaimana pun cepatnya berlari, kalau tidak didukung dunia luar, amat sangat kepayahan mencapai yang diinginkan. Atau suatu gerak menentukan takdir lain. Sebab dalam dunia ini, adanya energi yang bergerak tarik-menarik serta jauh-menjauhi. Sebuah lemparan batu pun sanggup menentukan takdir lain. Atau disamping gerakan terlihat, yang tak tampak pun mampu menentukan nasib seseorang.
Orang gila berlalu lalang di tengah jalan, menentukan takdir lain yang kadang terjadinya kecelakaan. Ini bisa dimaknai, ruang kosong pun menjadi penentu pengisian tempat lain. Atau kekosongan ialah kepenuhan di lain sudut pandang.
Maka kehidupan adalah penjumlahan yang tidak pernah selesai. Evolusi tidak berakhir dengan meninggalkan yang tidak tahan, langgeng bagi sanggup mengikutinya, melesat menuju jaman gemilang. Olehnya, barang siapa yang tak sadar posisi akan terlibas, sebab tidak memiliki realitas kekinian, demi mengerami sejarah masa depan.
Kesadaran itu awal sebuah niatan, menarik dunia lampau yang dipersatukan dalam diri, demi menyunggi harapan mengambil bahan-bahan sekitarnya, untuk dimasukkan pada kesadaran universal.
Saat seseorang dituntut keteraturan jadwal yang ketat, realitas masa depannya pun tidak terganggu gugat, selama masih menentukan pendapatan untuk mencapai dunia yang diharapkan.
Yang tidak memiliki jadwal keinginan pun menuju perbuatan, hasilnya ialah yang tergambarkan. Seorang naturalis mengikuti struktur luaran, namun begitu menggemuruh menuruti kehendak alam hayatinya. Ini memberi kelengkapan dirinya berjiwa universal, pembuka kemungkinan atas kesadaran penerimaan aktif, kepasrahan bola sodok di tangan professional.
Ketika dalam keadaan sakit, jiwa pembuka itu tidak langsung mencari obat, namun menelik sedari mana datangnya dan untuk apa menerimanya, serta kenapa pula rasa sakit disembuhkan. Terlihat di sini, ada ruang-ruang interaksi antara dunia dalam dan luar, realitas juga non relaitas, dipersatukan demi fajar mendepan.
Kesepakatan obat menyembuhkan, semacam penghilangan rasa sakit yang mendatangkan kenikmatan. Ketika berangsur pulih atas rasa bosannya penyakit menggerogoti kepasrahan aktif. Di sini daya tahan berguna menentukan kuatnya penerimaan kesadaran, atas yang dialaminya menjadi membumi.
Memang tiada totalitas hidup jikalau menggaris bahawi hidup adanya istirah, tidur, refresing dsb. Namun karena yang terjadi itu erat terjalin, segeralah ketotalannya menanjaki realitas masa-masa.
Setelah berbaca dari muka. Terketahui realitas masa depan, bukan mimpi di siang bolong, di sini ada ruang diskusi pelaku dengan lingkungan. Kita memiliki jiwa besar yang sanggup menggerakkan diri dalam mengurangi efek buruk luaran, demi menempuh hari-hari yang lebih berarti.
Realitas masa depan ialah ungkapan pembuka, universalitas menarik peluang. Lahirannya bukan tidak tersangkakan, tetapi terjaga dari jalinan kesadaran kenangan, serpihan ingatan, kumparan waktu tergulung sebagai prosesi kemenjadian.
Bukan berarti seekor lebah kecil tidak memiliki pengalaman membuat sarang madu esok hari, yang dituntut atas kedewasaan dirinya yang sedang tertarik menciptakan karya.
Ada kasus sederhana. Seekor semut hitam di tengah cawan mencicipi sisa wedang, sisa wedang itu habis atau kering, maka kadar gula akan merekatkan kaki-kakinya di tengah cawan, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Dalam keadaan seperti ini, kita tidak mampu menolong lewat mencukilnya dengan jemari, meski berkelembutan, tentunya ada kemungkinan bisa membunuhnya. Tapi kalau mengalirkan air wedang sedikit di kakinya, akan sanggup bergerak. Namun itu tidak cukup, sebab nantinya akan terjebak seperti sedia kala. Air wedang mengering, kaki-kaki semut tenggelam dalam kerekatan wedang berkadar gula.
Tetapi jika mengalirkan air wedang sedikit ke cawan yang ada semutnya tersebut, untuk di alirkan pada kain taplak meja. Aliran lembut wedang akan menggiring semut itu sedari cawan menuju kain taplak meja.
Dengan posisi ini, wedang sebutir embun mengalir bersama tubuh semut, ia selamat atas resapan kain taplak meja, lalu kaki mungil si semut tidak lagi terseret manisnya wedang. Maka berbahagialan semut itu.
Di sinilah realitas masa depan dengan jarak keamanan. Pengamatan selembut air, sehalus kejernihan fikir mempertimbangkan akibat, kalau pilihan dihadapan akan dijatuhkan. Yang Maha Sebab menjalankan gerak, dan kita yang digerakkan kudunya berada dalam posisi imbang. Di mana selalu belajar waspada atas musabab perbuatan, yang bisa mengecewakan bangunan perasaan.
Ini bukan mengajak tidak bergerak sama sekali atau kelewat hati-hati. Di sini ada ruang renungan, di mana berlari juga menerima saat tertatih. Ruang kendali itu respon diri atas penerimaan dalam sebuah meditasi, sehingga timbangannya tidak bergoyangan oleh was-was.
Gerak itu membutuhkan udara percernah, atas daya fikir perasaan mengamati secara detail obyek yang dipertimbangkan. Namun bukan termasuk sudah dalam memutuskan pilihan. Ada saatnya takdir mengambil pilihan, lantas menuju kesadaran yang lebih tinggi.
Tidakkah orang sehat nafasnya teratur(?). Namun ketika sakit jantung, salurang nafasnya terganjal amarah, yang tentunya menampilkan efek lain. Realitas masa depan itu kesadaran menaiki tangga mengikuti jaluran hasrat yang ditentukan waktu-waktunya.
Masa tidak bisa dimodifikasi, namun dapat dikompromi bersegala daya tarik kita limpahkan. Sampai waktu dihadapkan memberi peluang, atas respon diri dalam ruangan, yang segera diajak mengisi berita acara bernama realitas.
*) Pengelana asal Lamongan, 0609 Jatim, Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Azis Masyhuri
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Riyadi Amar
A. Yusrianto Elga
A.H. J Khuzaini
A.J. Susmana
A.S Laksana
Abd. Basid
Abdul Azis Sukarno
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abimardha Kurniawan
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Sunjayadi
Adek Alwi
Adi Faridh
Adian Husaini
Adreas Anggit W.
Adrizas
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agni Rahadyanti
Aguk Irawan M.N.
Agus Aris Munandar
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Hartanto
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Naufel
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Airlangga Pribadi
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Aldila Avrikartika
Alfred Tuname
Ali Audah
Ali Soekardi
Amien Wangsitalaja
Andhi Setyo Wibowo
Andi Andrianto
Andong Buku #3
Andry Deblenk
Angela
Anggota FSL
Anggraini Lubis
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Septian
Anwar Nuris
Any Rufaidah
APSAS (Apresiasi Sastra)
Arafat Nur
Ari Saputra
Ariany Isnamurti
Arie Yani
Arief Junianto
Arifin Hakim
Arim Kamandaka
Arina Habaidillah
Armada Riyanto CM
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan
Arysio Santos
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atafras
Atmakusumah
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Babad Nuca Nepa
Babe Derwan
Badrut Tamam
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bambang Kuncoro
Bambang Satriya
Bambang Sugiharto
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bengawan Solo di Karanggeneng
Beni Setia
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Blambangan kuno
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bujang Tan Domang
Bung Tomo
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
CNN Indonesia
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahlan Kong
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Daniel Paranamesa
Danilo Kis
Danuji Ahmad
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David ZA
Dea Anugrah
Dedi Pramono
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dian
Diana A.V. Sasa
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djibril Muhammad
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djulianto Susantio
Dody Yan Masfa
Dom Dinis
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo U. Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Purwanto
Edith Koesoemawiria
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Endarmoko
Eko Nuryono
Elin Yunita Kristanti
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Em Syuhada’
Emha Ainun Nadjib
Eny Rose
Eriyanti
Esai
Evan Ys
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fakhrudin Aris
Fanani Rahman
Fariz al-Nizar
Faruk
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fauzan Al-Anzhari
Fazabinal Alim
Felix K Nesi
Ferdiansyah Thajib
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Forum Sastra Lamongan
Furqon Lapoa
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Gde Artawan
Gede Mugi Raharja
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gito Waluyo
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Haaretz
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamzah Fansuri
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Harry Susilo
Hartono Harimurti
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Henri Nurcahyo
Hepi Andi Bastoni
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Santoso
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Joni Putra
Hikmat Gumelar
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
I Made Prabaswara
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Yunanto
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indra J. Piliang
Indra Tjahjadi
Indra Tranggono
IPNU Kabupaten Lamongan 1955
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwank
Jadid Al Farisy
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D Rahman
Jamaluddin Mohammad
Jamrin Abubakar
Jauhari Zailani
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joao Ruiz De Castelo Branco
Johan Khoirul Zaman
John Halmahera
John Sinartha Wolo
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K.H. Anwar Manshur
K.H. Ma'ruf Amin
Karanggeneng
Kasnadi
Katrin Bandel
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khoshshol Fairuz
Ki Ompong Sudarsono
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
KOSTELA
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kukuh Yudha Karnanta
Kurnia EF
L. Ridwan Muljosudarmo
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lamongan 1916
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Loe Lan Ing
Lukisan Rengga AP
Lukman Santoso Az
Lutfi Rakhmawati
Lynglieastrid Isabellita
Lysander Kemp
M Anta Kusuma
M. Aan Mansyur
M. Harir Muzakki
M. Latief
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Majelis Sastra Asia Tenggara
Makalah Tinjauan Ilmiah
Mala M.S
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marsi Ragaleka
Martin Aleida
Martin Lings
Masdharmadji
Mashuri
Mathori A Elwa
Matroni Muserang
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Misbahus Surur
Mochtar Lubis
Mohammad Eri Irawan
Muafiqul Khalid MD
Mudjia Rahardjo
Muh Syaifullah
Muhajir Arifin
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yamin
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Musfi Efrizal
Muslim Kasim
Musyafak
Nadhi Kiara Zifen
Nafi’ah Al-Ma’rab
Nailunni’am
Naqib Najah
Naskah Teater
Nasrullah Thaleb
Nawa Tunggal
Nevatuhella
Nezar Patria
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nitis Sahpeni
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nunung Nurdiah
Nurel Javissyarqi
Nurjanah
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi
Obrolan
Octavio Paz
Olivia Kristina Sinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pagelaran Musim Tandur
Pawang Surya Kencana
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
PDS HB Jassin
Pesantren Tebuireng
Petrus Nandi
Philipus Parera
Pipiet Senja
Plato
Pramoedya Ananta Toer
Pratono
Pringadi AS
Priyatna Abdurrasyid
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Ratnaning Asih
Ratno Fadillah
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992
Rheza Ardiansyah
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riyadhus Shalihin
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rojiful Mamduh
Romi Zarman
Rosihan Anwar
Roso Titi Sarkoro
Rudy Polycarpus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Mueller
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Samin
Samsudin Adlawi
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sapardi Djoko Damono
Saparinah Sadli
Sartika Dian Nuraini
Sarworo Sp
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Satriwan
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Siwi Dwi Saputro
Siwi Tri Puji B
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Solo Exhibition Rengga AP
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
St Sularto
Stefanus P. Elu
Suci Ayu Latifah
Sudartomo Macaryus
Sugiarta Sriwibawa
Sugiarto
Sujatmiko
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutamat Arybowo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
Syi'ir
Sylvianita Widyawati
Syu'bah Asa
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Th Sumartana
Thales
Theo Uheng Koban Uer
Timur Budi Raja
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
To Take Delight
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tomas Transtroemer
Tosa Poetra
Toto Gutomo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Awaludin
Warih Wisatsana
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wemmy Alfadhli
Wicaksono
Widya Oktaviani
Wina Bojonegoro
Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan
Wisnu T Hanggoro
Wowok Hesti Prabowo
Y Alprianti
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yanto Musthofa
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yok’s Slice Priyo
Yoks Kalachakra
Yona Primadesi
Yoram Kaniuk
Yunit Permadi
Yusi A. Pareanom
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar