Jumat, 02 Januari 2009

WANITA DALAM PERSEPSI LINUS SURYADI AG

Sri Wintala Achmad
http://sastrakarta.multiply.com/

BAGI masyarakat sastra Indonesia, siapa tidak mengenal Linus Suryadi AG. Pria berkelahiran Kadisobo (Sleman, 3 Maret 1951) tersebut lebih dikenal sebagai penyair lirik. Ini dapat dilihat melalui puisi-puisi liriknya yang terkumpul dalam antologi tunggalnya: Rumah Panggung (Nusa Indah, Ende-Flores, 1986) dan Kembang Tanjung (Nusa Indah, Ende Flores, 1988).

Di samping berhelat dengan puisi, penyair yang mengeditori Antologi Puisi 32 Penyair Yogyakarta ‘Tugu’ (DKY dan Barata Offset, 1986) dan Antologi Puisi Indonesia Modern ‘Tonggak’, 4 jilid (Gramedia, Jakarta 1987) tersebut banyak berhelat dengan karya esai, antara lain: Regol Megal-Megol (Andi Offset, Yogyakarta 1992), Nafas Budaya Yogya (Bentang Budaya Yogyakar-ta, 1994), Dari Pujangga dan Penulis Jawa (Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1995) dll.

Saya tidak dapat menolak persepsi publik sastra, bahwa prosa lirik ‘Pengakuan Pariyem’ (Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1981) merupakan karya masterpiece-nya. Hingga karya tersebut di-Belanda-kan ke dalam De Bekentenk van Pariyem oleh Marjanne Fermorhuizen (Manuc Amici. Amsterdam, Belanda 1985). Atas dukungan UNESCO, karya tersebut pula di-Perancis-kan ke dalam Les Confession de Pariyem oleh Dr. Henri Chambert-Loir dan di-Inggris-kan ke dalam Pariyem’s Confession oleh Mary-Lindsay.

Melalui prosa lirik Pengakuan Pariyem, saya menangkap bahwa Linus memiliki perhatian besar terhadap kehidupan wanita. Di samping itu, perhatian Linus terhadap kehidupan wanita tercermin lewat karya-karya puisinya. Kehidupan wanita yang tidak hanya dari kelas menengah atau elite, melainkan kelas bawah dengan berbagai berprofesinya.

Banowati, Potret Buram Kehidupan Cinta Asmara Wanita

Dewi Banowati dalam jagad pakeliran merupakan putri ke tiga Prabu Salya (Narasoma) yang lahir dari rahim Dewi Setyawati. Kisah cinta asmara Banowati tidak sesederhana kisah cinta asmara kedua kakak perempuannya, Dewi Erawati (permaisuri Prabu Baladewa) dan Dewi Surtikanthi (Istri Adipati Karna). Di satu sisi, perempuan berkarakter kenes itu sebagai permaisuri Prabu Duryudana (Raja Hastina). Namun di sisi lain, Banowati adalah kekasih Arjuna. Kesatria Pandhawa yang beristri segudang, semisal: Dewi Subadra, Dewi Srikandhi, Dewi Larasati, Dewi Supraba dll.

Kisah cinta asmara Banowati sangat kontekstual dengan zamannya. Di mana perselingkuhan yang merupakan pemicu ketidakberesan dalam laju bahtera rumah tangga di abad milenium ini kiranya tidak hanya dilakukan kaum pria (suami) melainkan kaum wanita (istri). Hal ini dilukiskan Linus ke dalam puisi SETYAWATI DI PADANG KURUSETRA (9) – BANOWATI: //Banowati, putri kita nomor tiga, Kanda/Yang menjadi permaisuri raja Hastina/ Dulu sukar benar ia ngadu pada ibunya/"Tapi rasa ini, ibu, bagaimana saya bisu?" //"Bagaimana saya nglakoni? Hidup tanpa Arjuna/Bagaimana saya mela-deni pria tak kucintai?"/Dalam hati bergolak tarik-tambang soal pria/Pasti jiwa kanaknya berontak, menuntun beda//Tangannya ngapu rancang di pangkuan saya/Putri kita yang ceria nangis sesenggukan lama/Akhirnya pilihan bijaksana pun ia terima/"Urung diperistri tak apa, asal kekal kasihnya!"// - (1986).

Adapun motivasi perselingkuhan cinta asmara Banowati dengan Raden Permadi oleh Linus dilukiskan ke dalam puisi BANOWATI DAN LIMBUK pada bait pertama dan ke dua, yang tertulis sebagai berikut: //"Kusenang Duryudana. Kucinta Permadi"/Dendang Banowati di kolam Tamansari/"Harta di kanan. Pria jantan di kiri/Kuingin keduanya pun tampak serasi// - (1983).

Motivasi perselingkungah cinta asmara Banowati yang diungkapkan transparan oleh Linus di dalam karya BANOWATI DAN LIMBUK tersebut merefleksikan bahwa sebagian wanita mendambakan pria sempurna yang memiliki harta dan sekaligus cinta. Jika salah satu dari keduanya tidak terpenuhi oleh pasangannya, sebagian wanita acapkali melakukan perseling-kuhan dengan pria lain.

Maria Magdalena, Wanita Pelacur yang Mendapat Pencerahan Tuhan

Banyak orang tahu, Maria Magdalena adalah pelacur dari Magdala yang menjadi kembang Kota Jerusalem. Sekalipun keharuman bunga kepelacuran-nya tidak tersangsikan lagi, namun Maria Magdalena tetap dianggap sampah. Dia dilaknat hukum Taurat, dihina orang-orang Saduki, digusur orang-orang Farisi, dan dikelonan kaum pendosa.

Kisah tragis Maria Magdalena, pelacur yang niscaya mendpatkan perlakuan tidak manusiawi dari masyarakat tersebut telah diabadikan Linus ke dalam MARIA DARI MAGDALA (1) bait pertama - ke dua: //Saya, Maria Magda-lena/lonthe//Yang dilaknat oleh Hukum Taurat/yang dihina orang-orang Saduki/yang digusur orang-orang Farisi/yang dikeloni oleh kaum pendosa/tapi tidak berdusta// - (1985).

Sekalipun di dalam lumpur, emas tetap emas. Predikat pelacur hanya pakaian jasmaniah yang disandang Maria Magdalena. Namun hatinya yang bak emas murni tersebut telah dipenuhi gairah cinta ke-Illahi-an. Cintanya pada Yesus sang pembawa pelita kebenaran di dunia yang diliputi awan pekat tersebut sebagaimana cintanya pada Tuhan. Betapa wajar apabila Linus menggaris-bawahi kebenaran bahwa pelacur yang menyaksikan kebangkitan Yesus tersebut layak mendapatkan pencerahan Tuhan. Lebih jauh tilik puisi MARIA DARI MAGDALA (5) sebagai berikut: //Bunda berpulang/tidaklah sayang /ia sudah anggap/aku putrinya seorang//Murid-muridmu/jeblog nasibnya /hidup diburu-buru/oleh kaum pengua-sa Roma//Tapi padaku/ada pencerahan/daya hidup/yang menakjubkan!//Terkirim lilin/salam takzim/kepada Bapak/yang Maha Rahim/Biarpun kini/aku sendirian/dan Kau balik/ke alam kemoksan// - (1985).

Ibu di Desa, Sosok Wanita Berjiwa Ugahari

Kadisobo merupakan desa di wilayah Sleman bagian utara yang masih sejuk dengan udara Merapi tersebut Linus Suryadi dilahirkan, dibesarkan, diasuh, dan tinggal bersama seorang ibu. Dengan demikian, Linus sangat mengenal keugaharian kepribadian ibunya sebagai perempuan desa. Perem-puan yang memiliki kewajiban untuk belanja di pasar, memasak di dapur buat suami dan anak-anaknya, dan membantu suaminya bertani di sawah tanpa pamrih. Ia pula aktif mengikuti berbagai aktivitas sosial bersama anggota ma-syarakat di desanya, dan akrab dengan budaya warisan leluhurnya.

Kedekatan Linus dengan ibunya telah dilukiskan transparan melalui puisi IBU DI DESA – Kadisobo yang saya kutip lengkap sebagai berikut: //Ibu saya, seperti ibu-ibu lain di dusun Jawa/Ia tak bisa ngomong aktif Indonesia. Tapi pasif saja/Tapi budi bahasa Jawa Ngoko dan Krama, jangan Tanya/Ia suka mengaliri sawah seperti juga hidupnya//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/Ia tak pernah lupa kehilangan seorang anaknya/ Ia selalu ingat hari lahir dan hari kematiannya/Tapi, ia selalu lupa besar terbusan bagi hidupnya//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa /Ia suka cerita ganas dan rakusnya si Cebol Kepalang/Sebelum 17 Agustus 1945. Harta digarongnya pulang/Ia berjarik & baju goni dan bagor. Kutunya banyak pula//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/Ia suka berkeluh kesah soal harga panenenannya/Untuk gabar dan palawija. Untuk upacara desa/Tak seimbang dengan ongkos sakit & sekolah anaknya di kota//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/Ia butuh sandang pangan dan papan secukupnya/Ia butuh kondangan bagi sanak kadangnya/Dan asesori lumrah pacakan dalam pergaulan di desa//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/pada esuk uthuk-uthuk in the morning ia masak/Lepas fajar ia pun berangkar ke sawahnya kerja/Tapi peteng repet-repet in the evening molor di depan tevenya//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/Ia gemar keto-prak, wayang purwa, tarian Jawa/Tapi filem manca tidak. "Tak pernah rampung", kritiknya/Ia tak suka teka-teki seperti juga hidupnya//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/Ia pun suka ziarah ke kubur. Nengok bumi leluhur/Kubur bumi lebih mulia ketimbang kubur laut dan api/Ia kirim bunga tanda kasihNya yang abadi//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/ Ia suka belanja di pasar Beringharjo di kota/Segala keperluar dapur. Sehabis musim tandur/Dan ia pun rajin menaikkkan beban hidupnya ke sorga//Ibu saya, seperti ibu-bu lain di dusun Jawa/Ia suka berbagi suka-duka dengan para tetangga/ Lhaya, Ibu saya. Ia selalu butuh ini dan itu juga/Tapi kebutuhannya tak lebih besar dari Ibu-kota// - 1993.

Catatan Akhir

Wanita merupakan makhluk Tuhan yang sangat misterius. Semakin dikenal, makhluk yang tercipta dari tulang rusuk Adam tersebut semakin tidak mudah dipahami. Karenanya sebagai penyair, Linus tidak mampu menguraikan secara definitif tentang wanita. Melalui puisi-puisinya, Linus hanya mampu melukiskan perihal wanita dengan berbagai latar belakang dan profesinya. Mengingat wanita serupa kaca prisma yang mampu mengurai satu warna ke dalam aneka warna. Hingga yang diungkapkan lewat mulutnya belum tentu buah pikiran atau perasaannya. Kalau mata diyakini jendela jiwa, barangkali substansi wanita dapat dilihat lewat sana.

Memahami persepsi Linus perihal substansi wanita memang tidak cukup hanya melalui tiga puisi sebagaimana saya kutip di atas. Namun dari ketiga puisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa penilaian terhadap substansi wanita tidak terletak pada sisi fisik, kelas, atau profesi, melainkan kepribadian yang memancar dari relung hatinya. Ini sepaham dengan ide Kartini terhadap perjuangan emansipasi wanita yang sesungguhnya lebih menekankan nilai kepribadian ketimbang penampilan fisik, kelas atau profesi.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito