Selasa, 18 November 2008

Fragmen Cinta; Rumi – Rabia

Javed Paul Syatha

Segmen /1/

Di sini, baik cahaya maupun bayang-bayang adalah tarian cinta. Cinta tak bersebab; ialah pengukur ketinggian rahasia sepasang kekasih; seperti puisi cinta yang tak mengenal waktu, dimana kesuatu tempat yang tak terlukiskan. Sampai-sampai setiap saat menjadi penuh kemegahan oleh cahaya cinta.

Tapi tubuh siapa gemulai dalam daun cahaya dalam terang warna bunga-bunga dengan gairah yang memancar dari segala sudut cahaya; mengelilingi dengan tarian seonggok batin yang beku terbelenggu yang fana.

Rabia: bulan telah menjadi penari
dalam puisi cinta ini
tarian cahaya ini
oh, mata penuh gairah
tengah membakar diri sendiri
aku bercinta dalam cahaya
dalam keagungan cinta
lantas berdansalah dalam dadamu
dimana tak seorang pun melihatnya

Rumi: (Dalam lingkar kebutaan yang memasung segala hasrat merantai)
teruslah menari kekasihku, sebrangkan rindu kita dari perangkap
batin yang menyesatkan diri pada lingkar kefanahan ini.
Lepaslah, lepaslah wahai kekasih. Engkaulah hakikat penawar racun cinta ini.

Rabia: Aku tengah melihat taman bunga kekasihku, aku melihat
diriku bersamamu menjadi sepasang simbul ketiadaan yang melampaui keyakinan demi keyakinanku.

Rumi: Ya, biarkan ia menjadi roh dari segala cinta yang rindu akan keabadian. Biarkan perih ini juga untuk mereka yang datang sebagai pecinta di hadapan matahari.

Rabia: Maka apakah kau ingin aku tertawa untuk membunuh segala kecemasan. Segala kecemasan untuk mencintai, untuk memelihara nestapa ini? oh, hatiku telah terbakar oleh cahaya matahari dari kehendakmu itu dan cinta telah menjadi saksi nyala apinya.

Rumi: Tapi inilah aku dalam bilik para pecinta, aku dapat melihat dengan mata terpejam keindahan yang menari; mabuk karena cinta. (langkah kecil pada jejak lingkaran yang merantai) akupun menarikan irama dari dunia yang terus berputar; sampai aku telah kehilangan akalku dalam dunia percintaan ini.

Rabia: Jadi, maksudmu aku hanya mencintai diriku sendiri, tak sanggup membunuh keakuanku, lenyapkan diri dari segala mahadaya cinta!
Oh, hatiku telah terbakar dalam ketidakkuasaan nyala api gairahku sendiri.

Rumi: Tidak! Teriakan kerinduan, lolongan kepedihanmu, telah melebur segala jiwa ini.

Rabia: Sebenarnya aku tengah menanti dengan penuh keihlasan, menatap dalam matamu yan terbius, dalam malam-malam sujudku.

Rumi: Wahai, dekaplah gairahku dengan ketenangan segala cinta, karena hanya engkaulah kekasihku dari keberadaan yang sesungguhnya.

Rabia: akulah dari segala cintamu
datang dan tinggal bersamamu
dan kita telah hidup bersebelahan
dengan bintangbintang

tapi engkau telah bersembunyi sekian lama
terhanyut tak tentu arah
dalam lautan cintaku

aku telah senantiasa bersentuhan denganmu
dalam ketakberwujudan

kitalah tawanan cinta itu sendiri
wahai, datang dan menyatulah denganku
rentangkan tangan cintamu
duhai kekasih

Maka matilah cinta, mati dalam cinta itu sendiri, mati dalam kesunyian sekian cinta. Maka hanya cinta pula yang sanggup menghadirkan kepada segenap kehidupan melampaui laut kebijakan.



Segmen /2/

Seberkas cahaya adalah penyaksian, oleh karenanya yang menggumpal menjadikan berhala yang licik dalam keberadaan cinta, dan siapa kan memujanya. Sedang pemuja tak lain adalah ketiadaan yang hampa dari dunianya sendiri.

Maka pertautan itu; antara cinta dan berhala, adalah lebih buruk dari segala keberadaan cinta. Suatu realitas yang musti di tanggung oleh setiap babak dalam bercinta.

Rumi: Wahai kekasih, hadapkan wujudmu dari penyangkalan keberadaanku, jadikan keyakinan dari pikiranku sendiri. melenyapkan diri dari dunia bentuk yang akan binasa dan tidak di lahirkan kembali.

Rabia: Hai, seruan ini aku belum pernah mendengarnya!

Rumi: Ya, karena hati kita senantiasa terjebak keadaan yang fana; maka tak ada jalan lain selain kita berpulang dari ketiadaan untuk memenuhi seruan kekasih.

Rabia: Tapi aku akan meniupkan nafas cinta ini sebelum segalanya usai. Maka diamlah, tengarai waktu-waktu kedatangan itu; renggut nafas itu sebagai ruh bagi setiap kehendak kita.

Rumi: Lantas seperti jiwa peroleh roh, apakah nafsu api pun menemukan nyala dalam hembusan itu?

Rabia: Andai saja jiwa itu tidak mati, ia akan terlatih mencari cahaya dalam tiupan, tanpa harus mengawali dan mengahirinya.

Rumi: (Dengan peringai wajah secercah cahaya) hiburlah aku duhai kekasih, dengan rindu dijiwamu akan cahaya!

Rabia: Tapi, bukankah rindu dan jiwa sama-sama rahasia tersembunyi dalam cinta.
Rumi: Tapi, ia telah berbisik padaku.
Rabia: Apakah engkau yang menaruh kerikil di atas daun kering itu?
Rumi: Aku juga telah mengubur garam dalam tanah.
Rabia: Maka bukalah matamu pada cahaya benderang, kan kau temukan penawar bagi rindu itu; terapung di lautan.

Seperti sekuntum bunga berduri yang tergeletak di bumi berdebu dan tak tersentuh; demikianlah pengingkaran, dan penempatan cinta di hadapan selain cinta. Karena itu mereka tengah memulangkan muka di pancaran cahaya. Mereka benar-benar memulangkan muka meski mereka tak mengetahui. Lantas kemana?

Mereka tenggelam dalm lautan yang mereka ciptakan sendiri dan menempatkan dirinya pada rahasia cinta di seberang gelombang yang dahsyat. Mereka menjadi jembatan yang melintasi waktu yang mempertautkan rindu paling rindu.

Jeda; derita para pecinta
terbakar dalam tarian api hasrat
para pecinta tinggalkan jejak
keberadaan mereka
lolongan orangorang patah hati
adalah jalan menuju tuhan



Segmen /3/

Baik Rumi atau Rabia, sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa mngenai jiwa. Mereka berucap cinta namun tidak menemukan tali kendali bagi nafsunya yang menjalar. Bukankah di sisih Tuhan, hawa nafsu menjelma musim kemarau sedang akal dan ruh merupakan esensi musim semi yang terus menerus.

Maka alirkanlah mata air kehidupan untuk memperbarui kehidupan bagi taman jiwa, karena sesungguhnya di dalam dada ada laut penutur yang di penuhi ribuan mutiara. Satu bisikan yang belum pernah terdengar pada daun-daun; menjadi saripati wujud yang meredakan berbagai cinta yang menggelisahkan.

Rumi: (Menangkap cahaya). Wahai jiwa yang terperangkap di dalam api kegalauan, inikah malapetaka kesiaan itu? Kesia-siaan yang akan mendera jiwa tak berkesudahan! Aku akan mengusirmu. (meniup cahaya itu hingga padam seperti mengusir nafsu keerakahan manusia akan cinta dan semua menjadi gulita).

Rabia: Inilah penglihatan kita yang sesungguhnya. Kegelapan ini tak kan berkesudahan. Dan kita akan kembali kemuasal (dalam penyatuan wujud) keindahan bagaimana yang abadi dalam semesta ini yang tak di renggut angin musim kemarau? Langit macam apa yang tak akan meneteskan hujan dan merontokkan daun-daun kering yang menjadikannya tersungkur ke tanah?

Rumi: Semua akan binasa dan menjadi reruntuhan; kecuali bisikan kalbu para kekasih. Duhai yang menguasai segala cinta.

Wujud mereka yang fana adalah tombak sandaran bagi wujud kita. Wujud yang berangkat dari keinginan jasmaniah dan perihnya dunia menuju semesta maha luas. Menembus batas-batas alam jiwa yang jauh.

Cinta datang dari alam wujud ke alam ketiadaan. Inilah jawaban itu; dan batu-batu, daun-daun air pun cahaya telah mengetahuinya sejak lama sejak panggilan angin terpahami oleh kesunyian surga.

Lamongan, 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Azis Masyhuri A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Riyadi Amar A. Yusrianto Elga A.H. J Khuzaini A.J. Susmana A.S Laksana Abd. Basid Abdul Azis Sukarno Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abimardha Kurniawan Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Sunjayadi Adek Alwi Adi Faridh Adian Husaini Adreas Anggit W. Adrizas Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agni Rahadyanti Aguk Irawan M.N. Agus Aris Munandar Agus B. Harianto Agus Bing Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Hartanto Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Naufel Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Airlangga Pribadi Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Aldila Avrikartika Alfred Tuname Ali Audah Ali Soekardi Amien Wangsitalaja Andhi Setyo Wibowo Andi Andrianto Andong Buku #3 Andry Deblenk Angela Anggota FSL Anggraini Lubis Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Septian Anwar Nuris Any Rufaidah APSAS (Apresiasi Sastra) Arafat Nur Ari Saputra Ariany Isnamurti Arie Yani Arief Junianto Arifin Hakim Arim Kamandaka Arina Habaidillah Armada Riyanto CM Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Arysio Santos AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atafras Atmakusumah Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Babad Nuca Nepa Babe Derwan Badrut Tamam Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Bambang Kempling Bambang Kuncoro Bambang Satriya Bambang Sugiharto Bandung Mawardi Banyuwangi Bengawan Solo di Karanggeneng Beni Setia Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Blambangan kuno Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P Hatees Budiawan Dwi Santoso Bujang Tan Domang Bung Tomo Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerkak Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah CNN Indonesia D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahlan Kong Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Daniel Paranamesa Danilo Kis Danuji Ahmad Darju Prasetya Darmanto Jatman David ZA Dea Anugrah Dedi Pramono Deni Jazuli Denny Mizhar Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dian Diana A.V. Sasa Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djibril Muhammad Djoko Pitono Djoko Saryono Djulianto Susantio Dody Yan Masfa Dom Dinis Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo U. Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Edi Purwanto Edith Koesoemawiria EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Endarmoko Eko Nuryono Elin Yunita Kristanti Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Em Syuhada’ Emha Ainun Nadjib Eny Rose Eriyanti Esai Evan Ys Evieta Fadjar F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fakhrudin Aris Fanani Rahman Fariz al-Nizar Faruk Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fauzan Al-Anzhari Fazabinal Alim Felix K Nesi Ferdiansyah Thajib Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Forum Sastra Lamongan Furqon Lapoa Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Gde Artawan Gede Mugi Raharja Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gito Waluyo Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Haaretz Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamzah Fansuri Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Harry Susilo Hartono Harimurti Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Henri Nurcahyo Hepi Andi Bastoni Heri CS Heri Latief Heri Listianto Heri Santoso Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru CN Heru Joni Putra Hikmat Gumelar Hilmi Abedillah Hudan Hidayat I Made Prabaswara I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Yunanto Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Indra J. Piliang Indra Tjahjadi Indra Tranggono IPNU Kabupaten Lamongan 1955 Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwank Jadid Al Farisy Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D Rahman Jamaluddin Mohammad Jamrin Abubakar Jauhari Zailani Javed Paul Syatha Jean Couteau Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Batara Surya Joao Ruiz De Castelo Branco Johan Khoirul Zaman John Halmahera John Sinartha Wolo Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K.H. Anwar Manshur K.H. Ma'ruf Amin Karanggeneng Kasnadi Katrin Bandel Kemah Budaya Panturan (KBP) Khoshshol Fairuz Ki Ompong Sudarsono Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) KOSTELA Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kukuh Yudha Karnanta Kurnia EF L. Ridwan Muljosudarmo Laksmi Sitoresmi Lamongan Lamongan 1916 Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Linda Christanty Liza Wahyuninto Loe Lan Ing Lukisan Rengga AP Lukman Santoso Az Lutfi Rakhmawati Lynglieastrid Isabellita Lysander Kemp M Anta Kusuma M. Aan Mansyur M. Harir Muzakki M. Latief M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Majelis Sastra Asia Tenggara Makalah Tinjauan Ilmiah Mala M.S Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marsi Ragaleka Martin Aleida Martin Lings Masdharmadji Mashuri Mathori A Elwa Matroni Muserang Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Misbahus Surur Mochtar Lubis Mohammad Eri Irawan Muafiqul Khalid MD Mudjia Rahardjo Muh Syaifullah Muhajir Arifin Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yamin Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mujtahid Mujtahidin Billah Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Musfi Efrizal Muslim Kasim Musyafak Nadhi Kiara Zifen Nafi’ah Al-Ma’rab Nailunni’am Naqib Najah Naskah Teater Nasrullah Thaleb Nawa Tunggal Nevatuhella Nezar Patria Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nitis Sahpeni Nizar Qabbani Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nunung Nurdiah Nurel Javissyarqi Nurjanah Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi Obrolan Octavio Paz Olivia Kristina Sinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pagelaran Musim Tandur Pawang Surya Kencana PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin PDS HB Jassin Pesantren Tebuireng Petrus Nandi Philipus Parera Pipiet Senja Plato Pramoedya Ananta Toer Pratono Pringadi AS Priyatna Abdurrasyid Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi Puji Santosa Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Ratnaning Asih Ratno Fadillah Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak 1991-1992 Rheza Ardiansyah Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riyadhus Shalihin Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Rodli TL Rojiful Mamduh Romi Zarman Rosihan Anwar Roso Titi Sarkoro Rudy Polycarpus Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Mueller Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Samin Samsudin Adlawi Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sapardi Djoko Damono Saparinah Sadli Sartika Dian Nuraini Sarworo Sp Satmoko Budi Santoso Satriani Satriwan Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sejarah SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Sitor Situmorang Siwi Dwi Saputro Siwi Tri Puji B Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Solihin Solo Exhibition Rengga AP Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi St Sularto Stefanus P. Elu Suci Ayu Latifah Sudartomo Macaryus Sugiarta Sriwibawa Sugiarto Sujatmiko Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suripto SH Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutamat Arybowo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad Syi'ir Sylvianita Widyawati Syu'bah Asa TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Th Sumartana Thales Theo Uheng Koban Uer Timur Budi Raja Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto To Take Delight Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tomas Transtroemer Tosa Poetra Toto Gutomo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W. Haryanto W.S. Rendra Wahyu Awaludin Warih Wisatsana Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Wemmy Alfadhli Wicaksono Widya Oktaviani Wina Bojonegoro Wingko Legendaris dari Babat-Lamongan Wisnu T Hanggoro Wowok Hesti Prabowo Y Alprianti Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yanto Musthofa Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yok’s Slice Priyo Yoks Kalachakra Yona Primadesi Yoram Kaniuk Yunit Permadi Yusi A. Pareanom Yusri Fajar Yuval Noah Harari Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zawawi Se Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito